4. DOUBLE BUTTERFLY
Buat memaksimalkan kinerja mesin dan bahan bakar, di mesin injeksi terkini mulai mengakali dengan dua katup di throttle body. Misalnya, di VW Scirocco atau di Audi. Tetapi, di motor juga mulai diaplikasi. Misalnya di skubek Yamaha generasi terkini. Yaitu, Yamaha Mio J, Soul GT, Mio GT dan X-Ride.
Tetapi bedanya, di mobil terdapat butterfly alias katup dengan beda dimensi. Sedang di motor, punya dimensi katup yang sama. Cara kerjanya bisa dikatakan berbeda, tetapi tujuannya tetap sama. Yaitu, menekan konsumsi bahan bakar. “Pemakaian teknologi ini lebih diutamakan untuk motor matic. Hal ini untuk membuat konsumsi BBM tetap irit tetapi motor tetap kencang,” ujar M Abidin, GM Service & Motorsport PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
Di motor, butterfly ini akan membuka secara bertahap sesuai kecepatan dan kebutuhan mesin. Ketika grip gas dibuka di bawah 10%, maka hanya katup depan saja yang membuka. Aliran udara dan bahan bakar pun dialirkan melalui saluran tertentu. Untuk di Yamaha, saluran ini disebut dengan slang passage. Tanpa melalui intake, campuran itu langsung diinjeksi ke lubang kecil di klep isap.
Tetapi, jika bukaan throttle lebih dari 10%, maka katup kedua yang ada di belakang akan ikut bekerja. Campuran bahan bakar dan udara pun kembali melewati intake. “Kinerja teknologi ini lebih efektif untuk pemakaian kendaraan di bawah kecepatan 60 km/jam,” sebut Abidin.
5. MULTI-KLEP
Teknologi multi-valve alias multi-klep, sebenarnya bukan teknologi baru. Sebab, sebelum tahun 1914 sudah ada yang aplikasi. Yaitu, Peugeot di mobil balapnya. Pengembangan terus berlanjut. Kini, tak hanya mobil saja yang aplikasi, tetapi motor juga.
Teknologi multi-klep ini juga tak hanya berlaku untuk mesin dua kem (DOHC), tetapi di mesin satu kem (SOHC) juga ada. Kalau di mobil, seperti Honda Civic tahun 1985 yang aplikasi tiga klep. Makanya, untuk 4 silinder bisa disesaki 12 valve. Oh ya, multi klep ini bisa berjumlah 3, 4 dan 5 klep per silinder.
Di motor, teknologi SOHC multi-klep ada di Yamaha V-ixion (4 klep), Piaggio LX 125 atau LX 150 (3 klep). Sedang buat DOHC, seperti di Honda CBR 150 & 250, Suzuki Satria F-150 dan Kawasaki Ninja 250. Antara DOHC dan SOHC multi-klep pun ,punya kelebihan masing-masing. Tetapi jelasnya, bisa bikin rpm mesin lebih tinggi.
6. BLOK SILINDER
Dari sisi engine, blok silinder juga ikut kena teknologi canggih. Selain di mobil, pemakaian silinder blok dengan bahan DiASil (Die Cast Aluminium Silicon) juga diaplikasi di motor. Seperti di Yamaha Jupiter MX 135 LC, V-ixion dan skubek generasi terkini. “Teknologi ini juga dipakai di mobil seperti Lexus,” sebut M. Abidin.
Bahan ini, mampu melepas panas lebih cepat. Selain itu, silikon yang ada di linner mampu menjaga clearance piston agar tetap sama. Baik itu dalam konsidi mesin panas dan mesin dingin. Kompresi mesin ikut terjaga.
Selain DiASil Cylinder, ada juga nikasil (nikel carbide silicon). Perannya, tak jauh berbeda dengan DiASil cylinder. Untuk nikasil, juga banyak diaplikasi mobil-mobil mewah atau mobil yang memiliki diameter piston besar. Bahkan, di Formula One alias F1 juga aplikasi. Friksi minim, power mesin jadi terjaga.
7. STOP SYSTEM
Teknologi ini, juga diaplikasi di beberapa mobil. Misal, Honda CR-Z. Buat menekan konsumsi BBM ketika kondisi macet, dengan menekan pedal rem selama 3 detik maka mesin akan mati. Menyalakan engine pun, cukup menginjak pedal gas.
Teknologi starter ini, juga dipakai di PCX dan Honda Vario Techno 125 PGM-FI ISS (Idling Stop System). Ketika part yang mempunyai 18 kumparan itu dialiri arus listrik, membuat alternator berfungsi layaknya medan magnet buatan. Adanya magnet ini, membuat gaya tolak dan menarik. Sehingga alternator yang terhubung poros engkol menjadi bergerak dan membuat piston naik-turun buat ciptakan kompresi.
Sebenarnya, bisa saja Vario 125 ISS menjadi motor hybrid. Layaknya di CR-Z, cukup menambah satu part lagi yang disebut IMA (Integrated Motor Assist). Part ini dapat menyimpan energi yang dihasilkan ketika proses pengereman. Nantinya, energi ini akan diubah jadi gaya gerak listrik sebagai penggerak. “Tak menutup kemungkinan ke depannya bisa diaplikasi di motor harian,” ujar Edhi. (motorplus-online.com)