Jawab Tantangan Industri After Market Sepeda Motor Dengan Inovasi

billy - Rabu, 25 September 2013 | 18:01 WIB

(billy - )



Jakarta - Tantangan di dunia otomotif khususnya industri komponen dan part after market makin berat. Belakangan kondisi perekonomian yang tidak menentu seperti nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang terus merosot membuat ketar-ketir.

"Kami sudah tertekan karena semua bahan baku dibeli pakai US Dollar," jelas Arijanto Notorahardjo selaku General Manager Marketing dan Sales Retail, PT Gajah Tunggal, produsen ban IRC.

"Karet sebagai bahan baku pembuatan ban meski komoditi Indonesia, tapi transaksinya dengan US Dollar. Belum bahan baku yang lainnya seperti bahan kimia. Tapi kita tetap menahan agar tidak naik harga sampai akhir tahun," ungkapnya penuh optimisme.

Tahun depan, IRC baru akan meluncurkan banyak model baru. "Ada ban 14 inci, 17 inci dan slick untuk balap, pokoknya harus terus berinovasi meski sedang susah," yakin pria ramah ini.

Hal yang sama diakui oleh perwakilan dari Mitra 2000, produsen racing part TDR dan YSS. "Tantangan makin banyak, bukan cuma karena nilai tukar mata uang tapi ada kompetitor lainnya. Yaitu gadget," ungkap Benny Rachmawan dari divisi marketing Mitra 2000.

"Anak sekarang lebih suka main gadget. Bandingkan 10 tahun yang lalu, kalau sekarang beli gadget dulu sisanya baru buat modifikasi motor," jelasnya.

Lalu bagaimana melawan kompetitor yang satu ini? "Harus banyak bikin terobosan. Jangan cuma cari keuntungan. Rajin melakukan edukasi, bukan cuma gaya tapi ada benefit lain," ungkap Benny yang berperawakan tambun ini.

Artinya, jangan pernah berhenti berinovasi..!!! (motor.otomotifnet.com)