Akankah kembali ke era 2000?
“Susah untuk mendongrak penjualan kalau down payment (DP) motor Jepang bisa 5%. Kita sendiri minimal 10%,” ungkap Wang Xiaobin, CEO PT Buana Jialing Makmur Sakti Motor (BJMSM), Jakarta.
BJMSM sebagai sole distributor Jialing yang sempat menikmati manisnya penjualan kuda besi di Indonesia di eranya 2005 ke bawah. Waktu itu kompetisi uang muka mopang dan monopang di kisaran 10% dari total harga on the road.
“Minimal Rp 1 juta seandainya 10 persen dari total harga on the road. Itu sudah termasuk administrasi. Berbeda dengan motor Jepang yang bisa minimal 5%,” ujar A.Z Dalie, GM Marketing PT. Triangle Motorindo (TM) selaku produsen sepeda motor merek Viar di Jakarta.
Memang, waktu persaingan kuda besi monopang dan mopang dari 2000 sampai 2003 lumayan seru. Apalagi, uang muka yang dipatok minimal di angka 10% dari banderol on the road.
Seandainya harga motor saat itu untuk mopang di kisaran Rp 11 juta berarti uang muka 10% paling rendah Rp 1,1 juta. Ini belum termasuk biaya administrasi. Seandainya Realisasi pembayaran di bawah Rp 1,1 juta karena potongan promosi dan program subsidi jaringan penjualan itu urusan lain. Yang penting angka uang mukanya bisa minimal 10%.
Monopang sendiri harga motornya di kisaran Rp 9,5 juta. Berarti uang muka bisa dapat Rp 950 ribuan belum termasuk biaya tambahan lain. Artinya, selisih tipis lebih rendah dibanding mopang. Dengan begitu konsumen bisa punya pilihan.
“Kalau sekarang uang muka sangat rendah karena memang sudah ditopang lembaga pembiayaan yang berani mendanai besar untuk mopang,” pasti Wang yang berbadan jangkung.
Ingat lho angka 5% memang terbilang sangat rendah meski banderol on the road mopang lebih tinggi dibanding monopang. Seandainya bebek mopang dijual rata-rata Rp 13 juta, down payment 5%, sobat cukup menyediakan Rp 650 ribu plus tambah 200 ribuan untuk administrasi.
Berbeda dengan monopang yang minimal konsumen kudu menyiapkan dana uang muka 10% dari harga on the road. Seandainya bebek monopang dibanderol rata-rata Rp 9,5 juta, pembelinya harus menyiapkan minimal Rp 950 ribu untuk uang muka. Ini belum termasuk tambahan administrasi.
“Seandainya memang diberlakukan uang muka minimal 20%, itu jadi kondisi yang baik buat kami,” bilang Dalie lagi yang berkantor di kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Namun demikian pemain motor Jepang tidak begitu yakin pemilihan motor karena satu faktor uang muka. Freddyanto Basuki, Manager Promosi PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) mengatakan imej produk sangat mempengaruhi pilihan konsumen.
“Sejak 2005 pabrikan China bisa dianggap gulung tikar. Imej mereka saat itu sudah hancur. Pemilik yang sebelumnya punya jadi kecewa karena tidak tahu kemana mau mencari bengkel resmi dan spare-parts,” sebut Fredi.
Tapi memang bagi pabrikan Jepang jika wacana ini jadi diterapkan, akan menekan penjualan di awal. Sebab, salah satu yang menarik dari pembelian motor baru itu adalah tawaran DP murah bahkan tanpa DP. (motorplus-online.com)