Honda Jazz RS M/T 2012, Lebih Suka Karakter Lembut

billy - Rabu, 13 Maret 2013 | 07:07 WIB

(billy - )


Kebanyakan anak muda gaul masa kini, lebih suka dengerin musik dengan pressure level tinggi. Tapi tidak begitu pada Dicky Alawy Rahman, warga Jl. Kelapa Molek III, Kelapa Gading, Jakut ini ini lebih suka menikmati lantunan lagu dengan karakter yang lebih lembut.

“Saya juga suka musik rock dan house music. Tapi lebih nikmat dengerin musik yang lembut kayak jazz, atau RnB,” aku mahasiswa geologi semester 2 di Universitas Trisakti, Jakarta ini. Makanya, ketika membangun audio Honda Jazz RS M/T 2012 berkelir hitam miliknya, ia lebih memilih aliran sound quality (SQ) ketimbang SPL (sound pressure level).

Demi merealisasikan keinginannya tersebut, Dicky menyerahkannya pada Andrie Wijaya, instalatur Bassindo yang beralamat di Jl. Boulevard Barat Raya, Kelapa Gading. Tapi sebelumnya, remaja kelahiran Jakarta, 10 Maret 1994 ini dapat wejangan dari sang ayah.

“Papa menyarankan saya untuk pakai perangkat audio keluaran Helix. Karena dia juga pakai di Suzuki Grand Vitaranya, dan katanya karakternya lebih pas dengan SQ,” tutur Dicky.

Andrie pun sepakat dengan petunjuk dari papanya Dicky, “Produk buatan Jerman ini memang karakternya lebih shoft ketimbang brand sekelas kayak Rockford. Cocok buat SQ,” yakinnya.

Makanya untuk mengolah output suara dari head unit Clarion DXZ 936MC sebelum masuk amplifier juga keluaran Helix, Andrie menugaskan processor Helix DXP-6 seharga Rp 4,2 juta.

Baru deh setelah itu masuk ke amplifier Helix H 400.4 (4 channel) untuk mengangkat dua buah speaker Helix H236 Precision 6,5 inch pada pintu depan (posisi standar bawaan pabrik, kiri-kanan), plus 2 buah tweeter Helix HXS 1 yang masing-masing ditanam di pilar A, serta 2 buah speaker coaxial Helix B6X di pintu belakang.

Begitu pula subwoofer monoblok yang ditempatkan di sisi kanan dalam bagasi, juga dipilih dari produk Helix tipe E12 W 12 inci. “Namun untuk mendapatkan deep-nya atau bass-bass pendek, gue kombinasi dengan amplifier Rockford PBR 300.1,” terang Andrie.

Dipilihnya ampli ini karena punya kelebihan tidak memproteksi arus saat terjadi overheating. “Jadi ketika overheating, digital processor-nya akan mengabaikan dan terus menyalurkan arus ke subwoofer,” tambah Andrie.

Oh iya, karena kebanyakan yang menikmati lantunan audio adalah Dicky yang selalu di posisi driver, maka dua buah tweeter pada pilar A diarahkan oleh Andri ke dekat spion tengah. Lalu agar suara lebih fokus di posisi driver, Andri menyeting timeline pada processor Helix DXP-6 untuk men-delay speaker kiri sebanyak 6,4 m.s (mili second).

Hasilnya, saat OTOMOTIF menjajal lantunan musik kesukaan Dicky, suara dari speaker dan tweeter memang terdengar lebih kuat dan fokus di posisi pengemudi. "Setingannya memang lebih gue proritaskan pada posisi driver," tukas Andrie. Mantap deh! (mobil.otomotifnet.com)