Perawatan Mobil Dalam Kondisi Tidak Normal

Senin, 9 Juni 2014 | 08:03 WIB

Coba buka-buka dan baca buku manual dari mobil yang dimiliki. Lihat dengan baik-baik. Dalam subjudul perawatan, akan tertera perlakuan terhadap mobil jika berjalan dalam kondisi tidak normal.

Diterangkan dengan jelas mengenai kondisi yang tidak normal tersebut. Setiap pabrikan rata-rata menyertakan lebih dari 5 kondisi tidak normal. Bagi pemukim di kota Jakarta setiap hari pasti menjalani salah satu kondisi tidak normal, yakni perjalanan pendek yang berulang-ulang. Atau bisa juga disebut dengan kemacetan.

Setiap melewati kondisi tidak normal, setiap Agen Pemegang Merek (APM) memberlakukan jadwal perawatan yang dimajukan dari seharusnya. Secara normal biasanya setiap 10 ribu kilometer menyambangi bengkel resmi, kini disarankan untuk 5 ribu. 

"Maksudnya pasti supaya kendaraan konsumen selalu dalam keadaan baik. Tidak terjadi hal yang merugikan konsumen," sebut Adi Widiyanggodo, Kepala Bengkel Toyota Auto 2000 Puri Kembangan, Jakbar.

Selain pemeriksaan rutin, dalam kondisi tersebut, penggantian oli akan lebih dipercepat. Baik itu oli mesin dan juga oli transmisi.

Mari simak, kondisi apa saja yang masuk kategori tidak normal. Jangan-jangan sering terjebak di dalamnya. 




1. Melakukan perjalanan pendek dalam kesehariannya. Dalam buku manual Toyota Avanza dan Innova yang dipatok perjalanan pendek yakni sejauh 8 kilometer/hari. Sementara Suzuki Karimun Wagon R dipatok 10 km. "Kondisi ini bisa menurunkan viskositas dari oli karena kerjanya yang lebih berat. Selain itu, sebelum mencapai suhu optimalnya, oli sudah berhenti bekerja. Sebab itu sebaiknya diganti waktu menggantinya," sebut Sutadi, Technical Leader bengkel tersebut.



2. Sering berada dalam kondisi kemacetan membuat mesin dan oli bekerja keras. Mesin yang terus bekerja dengan pendinginan kurang membuat oli sebagai salah satu media pelepas panas bekerja ekstra. Meski terbilang lebih kental dibanding air, namun lambat laun sebenarnya oli tersebut semakin encer dan viskositas menurun. Lakukan penggantian oli di kelipatan 5.000 km.



3. Lihat kondisi jalan yang sering dilalui. Jika cukup sering berada di kondisi berlumpur atau berdebu, berarti masuk kondisi tidak normal. Ini berkaitan dengan isapan udara yang masuk ke ruang bakar. "Filter udara akan lebih cepat kotor dibanding kondisi normal. Kalau sudah demikian, udara yang masuk bisa terhambat dan membuat mesin kotor," tambah Adi.



4. Berjalan dengan kecepatan tinggi dan konstan selama kira-kira 2 jam. Disebut kecepatan tinggi yakni 80% dari kecepatan maksimum mobil atau bisa juga di atas 80 kilometer/jam. Ini agak dilema. Sebab kondisi berkendara konstan ini membuat konsumsi bahan bakar lebih irit, tapi ternyata memiliki efek yang juga kurang baik. 

Hal ini disebabkan, kinerja dari oli transmisi selalu berada titik maksimal. Dengan kecepatan tinggi, maka gesekan juga tinggi. Membuat ruang transmisi menjadi lebih panas. Efeknya, menurunkan kekentalan oli. Padahal kalau oli sudah encer, gesekan antar komponen logam lebih besar.



5. Berkendara di udara dingin dan bergaram juga membuat penggantian oli dipercepat. Ini disebabkan suhu oli saat bekerja menjadi lebih rendah dibanding biasanya. Atau sangat mungkin tercampur dengan garam. Hal tersebut memiliki efek yang sangat jelek, baik terhadap oli maupun mesin.(mobil.otomotifnet.com)