Otomotifnet.com - Diesel common rail (DC) terlahir dengan sistem pasokan bahan bakar layaknya mobil bensin injeksi. Sebuah otak pintar alias ECU akan mengontrol kebutuhan bahan bakar di ruang bakar sehingga kebutuhan selalu memadai.
Karena terlahir canggih, bahan bakar yang dikonsumsi juga harus berkualitas wahid. Dalam hal ini, di Tanah Air tersedia Pertamina Dex atau Shell diesel yang memiliki tingkat kandungan sulfur atau belerang terbilang rendah.
Ini menjadi sangat penting karena belerang yang terkandung dalam setiap mililiter solar akan mempengaruhi kinerja fuel line yang dilewati hingga ke ruang bakar. Kandungan belerang tadi dalam periode waktu tertentu akan mempersempit jalur bahan bakar.
“Bila dibiarkan dalam waktu lama, akan merusak sistem suplai bahan bakar karena unsur belerang mengurangi proses pelumasan sistem suplai bahan bakar” papar Novi Feriyanto, kepala bengkel Tunas Toyota Cawang, Jaktim yang banyak menangani mesin Toyota 2KD.
Tak heran bila mobil dengan mesin diesel common rail yang berusia kurang dari 3 tahun sudah ngebul hitam dari ujung knalpot. Ini lantaran injektor tak bisa lagi melakukan pengkabutan dengan sempurna akibat clogging di setiap lubang injektor.
Namun, bukan berarti haram menggunakan solar bersubsidi pada mesin diesel common rail. Ada beberapa cara untuk mengantisipasi kandungan sulfur yang berlebihan. “Percepat interval penggantian filter solar agar kandungan dan unsur yang merugikan seperti sulfur, air atau kotoran tidak berlama-lama mengintimidasi mesin,” papar Ade Romdon, diesel trainer dari Robert Bosch Indonesia.
Cara lain dengan menambahkan filter solar ganda pada besutan common rail kesayangan agar proses penyaringan lebih baik tanpa mengurangi jumlah suplai solar yang dibutuhkan. Hal ini sudah banyak dilakukan komunitas Mitsubishi Pajero Sport untuk memperpanjang usia mesin dan sistem injeksi.
Hal sama diamini Novi yang sangat menyarankan filter solar pada Toyota Kijang Innova atau Fortuner diesel lebih cepat diganti. “Bila di buku pedoman perawatan disarankan setiap 5.000 km, sekarang dibiasakan setiap 2.500-3.000 km sekali,” terangnya. Bila perlu, lakukan kuras tangki setiap 100.000 km untuk memastikan tidak ada kotoran atau endapan yang bisa tersedot ke jalur bahan bakar.
Ini menjadi sangat penting karena belerang yang terkandung dalam setiap mililiter solar akan mempengaruhi kinerja fuel line yang dilewati hingga ke ruang bakar. Kandungan belerang tadi dalam periode waktu tertentu akan mempersempit jalur bahan bakar.
“Bila dibiarkan dalam waktu lama, akan merusak sistem suplai bahan bakar karena unsur belerang mengurangi proses pelumasan sistem suplai bahan bakar” papar Novi Feriyanto, kepala bengkel Tunas Toyota Cawang, Jaktim yang banyak menangani mesin Toyota 2KD.
Kelix
Perlakuan Mesin Diesel Common Rail, Tetap Awet dengan Solar Subsidi
Namun, bukan berarti haram menggunakan solar bersubsidi pada mesin diesel common rail. Ada beberapa cara untuk mengantisipasi kandungan sulfur yang berlebihan. “Percepat interval penggantian filter solar agar kandungan dan unsur yang merugikan seperti sulfur, air atau kotoran tidak berlama-lama mengintimidasi mesin,” papar Ade Romdon, diesel trainer dari Robert Bosch Indonesia.
Cara lain dengan menambahkan filter solar ganda pada besutan common rail kesayangan agar proses penyaringan lebih baik tanpa mengurangi jumlah suplai solar yang dibutuhkan. Hal ini sudah banyak dilakukan komunitas Mitsubishi Pajero Sport untuk memperpanjang usia mesin dan sistem injeksi.
Hal sama diamini Novi yang sangat menyarankan filter solar pada Toyota Kijang Innova atau Fortuner diesel lebih cepat diganti. “Bila di buku pedoman perawatan disarankan setiap 5.000 km, sekarang dibiasakan setiap 2.500-3.000 km sekali,” terangnya. Bila perlu, lakukan kuras tangki setiap 100.000 km untuk memastikan tidak ada kotoran atau endapan yang bisa tersedot ke jalur bahan bakar.