Seperti yang sudah dibeberkan di boks ‘Pengaruh Oktan & Kalori’, ternyata untuk jangka panjang, mengkonsumsi Pertamax atau bensin non subsidi lainnya, jauh lebih ekonomis. Meski secara hitungan kasat mata, selisih masih banyak dibanding pakai Pertamax atau bensin yang setara (Rp 2.500, asumi harga Pertamax Rp 9.000/liter).
Dari hasil uji coba yang pernah OTOMOTIF lakukan, untuk pemakaian 1 liter bensin non subsidi, mampu lebih irit sekitar 10-20% dibanding Premium. Tak hanya itu, ruang bakar juga selalu terjaga bersih karena pada Pertamax ada kandungan additive ditergen, antikarat dan demulsifire.
Pun begitu kalau ingin mencampur antara Premium dengan Pertamax dengan perbandingan 1:1 untuk mencari nilai oktan setara 90 (dari oktan 88 + 29 = 190 lalu dibagi 2). Biaya yang keluar misal untuk membeli bensin 50 liter berkisar Rp 162.500 (25 liter Premium) ditambah Rp 231.250 (25 liter Pertamax senilai Rp 9.250) totalnya yakni Rp 393.750, hanya beda sekitar Rp 68 ribu dari membeli bensin non subsidi full, yang berkisar di angka Rp 462.500, namun mendapat benefit berlebih dari minimnya kerak atau deposit di ruang bakar. Enaknya jangka panjang, karena biaya perawatan alias bongkar mesin ketika kerak menumpuk bakal lebih kecil. (mobil.otomotifnet.com)