Kini, hampir semua produsen mobil mengusung teknologi ini untuk mengail performa namun tetap mempertahankan efisiensi bahan bakar.
Makin Rumit
Toyota dengan VVTi (variable valve timing intelligent), Honda terbaru menggunakan i-VTEC (variable valve timing and lift electronic controlled with intelligent), Suzuki punya VVT (variable valve timing), Mitsubishi bikin MIVEC (Mitsubishi innovative valve timing valve timing electronic control system) dan VANOS (variabel nockenwellen steuerung) pada besutan BMW.
Bahkan Toyota kini telah bermain dengan sistem ‘Dual-VVTi’ pada mesin anyar mereka yang diperkenalkan tahun lalu. Intinya, bagaimana kerja kem alias noken as dapat optimal dengan memajukan atau memundurkan derajat pengapian, atau bisa juga mengaktifkan bukaan klep inlet agar pasokan bahan bakar semakin deras.
Pada VVTi, prinsip kerja teknologi ini adalah bagaimana agar noken as yang berhubungan langsung dengan cam gear dapat bergerak maju dan mundur. Berakibat noken as yang bertugas untuk menentukan derajat buka dan tutup katup akan menyesuaikan dengan putaran mesin.
Apabila putaran mesin rendah, tentu tak diperlukan derajat buka tutup katup yang tinggi. Jadi konsumsi bahan bakar yang masuk ke ruang bakar hanya sedikit sesuai yang diperlukan mesin.
Sebaliknya, bila putaran mesin semakin tinggi, VVTi akan memerintahkan derajat buka tutup noken as semakin lama menyesuaikan dengan kapasitas bahan bakar yang dibutuhkan mesin. Cara kerjanya berdasarkan solenoid yang diatur oleh tekanan oli.
Pada mesin Dual VVT-i, efisiensi bahan bakar dan tenaga tercipta lebih besar dan merata. Hal ini terjadi lantaran proses pengaturan waktu buka tutup tidak hanya pada katup isap, namun juga pada katup buang.
VVTi milik Toyota hanya mengatur buka tutup klep isap (inlet valves)(kiri).Dual-VVTi jadi terobosan baru Toyota karena mengatur timing klep buang(tengah). Teknologi i-VTEC kebanggaan Honda yang mampu menaikkan performa tanpa mengorbankan efisiensi BBM(kanan)
Sementara saat putaran rendah, waktu tutup katup buang diatur lebih cepat agar mereduksi ‘kaburnya’ campuran bahan bakar dan udara yang baru masuk. Ini poin penting untuk menjaga tenaga, efisiensi BBM dan emisi.
Bedanya dengan i-VTEC, bila VVTi bekerja memajumundurkan waktu pengapian, sedangkan i-VTEC bekerja dengan cara menutup klep inlet yang tak bekerja di rpm rendah. Seperti pada Honda Jazz yang menggunakan 8 buah katup inlet, hanya 4 buah katup yang bekerja pada rpm rendah.
Otomatis bahan bakar yang masuk juga hanya sedikit. “Sedangkan lewat dari 4.000 rpm, i-VTEC akan memerintahkan solenoid untuk menonjok lobe hingga 8 katup inlet bekerja bersamaan,” Taqwa SS dari Garden Speed di bilangan Cilandak, Jaksel ini. Itu sebabnya mesin i-VTEC generasi terakhir seperti yang digunakan Honda All New Jazz sudah mampu memenuhi standar emisi tinggi.
Makin efisien tetapi makin rumit! (mobil.otomotifnet.com)