Memahami Sistem Kerja Drivetrain Pada Mobil

Editor - Jumat, 16 Juli 2010 | 07:25 WIB

(Editor - )


OTOMOTIFNET - Apa yang terjadi kalau mobil hanya mengandalkan mesin dan roda untuk melaju? Tentu jalannya seperti keong, atau putaran mesinnya akan dibuat bisa bergasing hingga puluhan ribu rotasi per menit! Nah, karena keterbatasan putaran mesin, maka dibuatlah transmisi dan teman-teman lainnya sebagai drivetrain atau pemindah daya mesin hingga ke roda.

PENUH SENSOR
Drivetrain ini, terbagi mulai dari transmisi, beberapa menggunakan transfer gear, lantas diteruskan ke diferensial yang nantinya berujung pada roda. Saat ini transmisi sudah berkembang sangat pesat, dengan menggunakan peranti elektronik yang sarat sensor-sensor.


Sistem pada iDrive, membuat transfer gear dengan variasi rasio

Transmisi otomatik sudah bermacam-macam jenis dan teknologi disematkan pada mobil. Pada 2002 BMW membuat transmisi 6 percepatan, kemudian Mercedes-Benz memakai transmisi 7 percepatan dengan 7G Tronicnya.

Lantas Toyota, lewat Lexus LS460 menyematkan transmisi 8 percepatan di mobil-nya. Kini BMW pun menerapkan transmisi 8 percepatan seperti pada BMW 335i dan Porsche juga memasang 8 percepatan seperti pada Porsche Cayenne. Pada Porsche ini, percepatan 7 dan 8 merupakan overdrive yang lebih mengutamakan penghematan bahan bakar.

Transmisi manual yang mengandalkan gigi-gigi dan tidak memakai torque converter pun masih menjadi


DPC pada BMW X6 membagi putaran roda kiri-kanan pada diferential

favorit buat beberapa pabrikan. Sistem yang bekerja memang lebih simpel, serta peranti di dalamnya pun relatif tak banyak dibandingkan transmisi otomatik.

Dengan memanfaatkan ‘gelondongan’ sistem transmisi manual, sistem baru dibuat lagi. Dengan mengandalkan dua kopling, satu untuk gigi ganjil, lainnya gigi genap. Jadi, pada saat start dengan gigi 1 maka poros gigi 2 sudah siap berputar dengan kopling untuk gigi genap.

Pada saatnya, perpindahan dilakukan dan giginya sudah berputar tanpa penurunan putaran mesin terlalu banyak. Alhasil, akselerasi pun berlangsung cepat. Sistem ini memiliki banyak julukan, DSG (Dual Shift Gearbox), Dual Clutch, atau ada juga yang menyebutnya Manumatic.


DSG, menggabungkan transmisi manual dan matik

Pada bagian transfer gear, yang umumnya sebagai pembagi daya dari transmisi ke diferensial depan dan belakang, juga mengalami perkembangan. Dari sekadar membagi dari dua tingkat kecepatan Hi dan Lo gear, sekarang sudah lebih variatif. Rasionya bisa berubah sesuai kondisi jalan, bukaan throttle, putaran setir dan traksi roda.

Jadi, tak melulu dipatok 50:50 antara depan dan belakang, tetapi lebih banyak lagi variasinya. Misal pada kondisi normal 63:37, kemudian ketika kondisinya memungkinkan hanya menggunakan tarikan belakang saja, maka 100 persen daya pada roda belakang dan seketika pula bisa berubah menjadi 49:51, misalnya. Teknologi ini umumnya sudah diadopsi oleh pabrikan pembuat SUV luxurious, seperti BMW, Audi, Volkswagen dan Mercedes-Benz.

Jika dengan transfer gear membagi antara putaran pada diferensial depan dan belakang, maka di bagian diferensial pun terdapat lagi peranti yang canggih untuk menjaga traksi roda ke permukaan jalan.


Transmisi 8 percepatan perpindahan lebih halus dan cepat

Kopling ganda pada dual clutch

Pada diferensial pun demikian, bisa dibagi putaran roda kiri dan kananya. Bisa terbagi apakah akan berputar sama persis 100 persen atau terjadi perbedaan yang bervariatif seperti pada transfer gear.
Jadi, seiring berkembangnya teknologi, pengemudi semakin dimanjakan dengan berbagai peranti yang bekerja lewat berbagai macam sensor, komponen serta sistem.

Penulis/Foto: Ben / BMW AG, Volkswagen AG