OTOMOTIFNET - Bagi Himpunan Mahasiswa Mesin Universitas Trisakti, Jakarta, sikap kepeduliannya akan penghematan terus dikembangkan dengan memakai minyak goreng bekas alias minyak jelantah sebagai bahan bakar alternatif, seperti yang diaplikasi untuk Isuzu Panther.
Tapi..bukannya minyak jelantah pernah dibahas untuk kendaraan, perbedaannya apa dong?
“Kalau yang sudah-sudah, kadar minyak jelantah yang dipakai untuk satu kendaraan sekitar 5-30% saja"
"Kalau yang sekarang kita pakai, benar-benar murni minyak jelantah tanpa ada campuran sedikitpun solar di tangki mobil,” ucap M. Grip Roby, mahasiswa Trisakti yang juga salah satu anggota Tim Energy Alternative (TEA) penggagas Biodiesel.
Nah, hasil dari ide nyeleneh ini, TEA mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) yang keempat kalinya untuk para Mahasiswa Trisakti jurusan tehnik mesin dalam kategori penghematan energi bumi dengan metode Biodiesel.
“Jika kita enggak peduli akan stok BBM dari sekarang, saya yakin kita bakalan kehabisan BBM untuk sepuluh tahun mendatang, makanya kita mulai tergerak membuat jalur alternatif lain menggunakan minyak jelantah,” ucapnya.
Minyak jelantah ini memang enggak langsung dituang dari penggorengan. Namun perlu pakai cara sederhana untuk siap pakai di mesin mobil.
Pertama, 1 liter minyak goreng bekas direbus selama 30 menit dengan suhu 100 derajat celcius untuk memisahkan minyak dan kandungan air. Sesudah disaring, campurkan dengan soda api dan methanol sambil direbus kembali hingga suhu 60 derajat celcius.
Setelah itu diamkan selama 12 jam hingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan atas dan bawah. Lapisan bawah di sebut gliserol yang juga bisa menjadi bahan dasar sabun. Sementara lapisan atas biodiesel murni yang akan dipakai untuk BBM.
“Limbah minyak goreng memiliki potensi sebagai energi bahan bakar nabati yang ramah lingkungan dan mampu menurunkan 100% emisi gas buang Sulfur, CO2 dan CO sampai 50% di bawah ambang batas dari anjuran pemerintah,” bilang R.Fian Ananta Putra, salah satu pegagas metode Biodiesel.
Masalah keiritan juga termasuk hasil dari semuanya. Awal Mei lalu para anggota Tim ini melakukan pengetesan langsung dengan membesut dua mobil Isuzu Panther mulai dari Jakarta-Bali-Jakarta (JBJ) non stop. Bedanya hanya satu kendaraan yang diisi dengan minyak jelantah, sedangkan yang satunya solar murni.
Total keseluruhan jarak JBJ sejauh 2.900 Km memakan waktu lima hari. Selama perjalanan, pemberhentian dilakukan saat pengisian bahan bakar saja dan itupun mesin masih tetap dalam keadaan hidup.
“Untuk mobil A yang bermetode Biodiesel menghabiskan bahan bakar 245 liter, sedangkan mobil B menenggak solar murni sebanyak 266 liter. Jadi selisihnya sebesar 21 liter, lebih irit Biodiesel banding solar murni dengan jarak tempuh 2.900 Km,” bangganya.
Penulis/Foto: Pidav / Pidav