Mengenal Isuzu Panther LS Turbo M/T 2010

Otomotifnet - Rabu, 9 Januari 2013 | 08:15 WIB

Mengenal Isuzu Panther LS Turbo M/T 2010 (Otomotifnet - )

Auto Bild Indonesia
Isuzu Panther
Siapa yang tak kenal dengan Isuzu Panther? MPV yang pernah memiliki tagline “Rajanya Diesel” ini sejak dulu sudah eksis dan banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.
 
Tapi kini berat rasanya, para kompetitor sudah dibekali teknologi commonrail diesel sedangkan Panther masih setia pada direct injection konvensionalnya.

“Dari segi kenyamanan, memang masih kalah dari diesel commonrail. Tapi dari segi perawatan, diesel konvensional paling mudah dirawat dan biayanya lebih murah,” tutur Yosi Ariandi, Field Advisor Isuzu Pasar Minggu. Makanya, banyak Panther lawas yang masih berseliweran sampai saat ini.

Namanya mobkas, pasti ada bebera­pa hal yang harus diperhatikan. “Mesin diesel yang terpenting itu filter solar dan filter udara harus bersih, supaya mesin tetap fit,” ujar Soetikno Hendrata, owner Abadi Diesel yang berlokasi di bilangan Rawamangun, Jaktim.

Pada bagian mesin, baiknya fan belt rutin diganti tiap 75.000-100.000 km dan timing belt tiap 60.000-75.000 km.
 
Ini bertujuan agar mesinnya tetap fit dan tidak menyebar kemana-mana jika terjadi kerusakan. Pendinginan mesin juga jadi perhatian selanjutnya, sebab mesin diesel cenderung lebih panas daripada mesin bensin.

Masih rendahnya kualitas solar bersubsidi di Tanah Air, dapat menimbulkan kerak pada injektor. “Pastikan injektor bebas dari kotoran agar performa tetap optimal, kalau sudah mulai bermasalah langsung segera dikalibrasi ulang,” tambah pria yang sudah bermain diesel selama 40 tahun ini.

Beralih ke sektor suspensi. “Mesin Panther memiliki bobot yang cukup berat, kalau suspensinya terasa mengayun di bagian depan, baiknya diganti dengan sokbreker yang lebih keras,” saran Doni, spesialis kaki-kaki yang mangkal di wilayah Jakarta Timur. (mobil.otomotifnet.com)