Gelaran D1GP agaknya masih belum berpihak pada drifter Indonesia, Emmanuel Adwitya Amandio. Mengikuti seri kedua yang berlangsung di Sirkuit Suzuka, Jepang (24-25/5) silam, Dio belum menunjukkan hasil maksimal.
Sedikit keberuntungan berpihak pada drifter muda Indonesia ini. Kali ini, mobil Toyota Chaser JZX100 yang dipakai tak menemui kendala. Berbeda dibanding tahun lalu yang mengalami masalah pada transmisi.
Menjalani sebanyak dua kali run untuk perhitungan kualifikasi, drifter dari tim Moods Gallery Achilles ini mampu meraih hasil yang baik. Saat run 1, dengan kecepatan sekitar 211 km/jam, Dio harus melakukan inisiasi. "Ini merupakan inisiasi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak boleh terjadi kesalahan, sebab akan fatal akibatnya," komentarnya. Poin yang dihasilkan yakni 92,60.
Adwitya Amandio. Banyak yang belum paham
Tidak puas dengan hasil pertama serta angle mobil, coba diperbaiki pada run berikutnya. Benar saja, perolehan nilai serta kecepatan mobil sedikit lebih tinggi. Dio mengoleksi angka 96,05 dengan kecepatan 212 km/jam. Bisa dibayangkan dengan kecepatan sedemikian tinggi, mobil harus slide. Jelas butuh konsentrasi dan keahlian tinggi untuk melakukan eksekusi tersebut.
Sayangnya, meski mendapat hasil yang tinggi serta tak mendapat masalah apapun pada mobil, Dio harus terhenti di babak 16 besar. "Begitulah drifting. Kualifikasi dengan nilai tinggi belum tentu bisa masuk ke babak selanjutnya. Salah satu kesulitan di sini, semua drifter memiliki skill yang nyaris sama. Sulit untuk bisa menebak siapa juaranya," komentarnya.
Terhambatnya Dio karena penilaian DOSS (D1 Original Scoring System) yang diterapkan panitia masih sedikit rancu. "Agak sulit juga menerangkannya. Bahkan banyak drifter yang juga belum paham," jelas Dio. Tak hanya Dio yang terhambat, rekan satu timnya, Daigo Saito sekalipun terhambat penilaian tersebut. Dari tim, hanya Robbie Nishida yang menangguk keuntungan dari penilaian tersebut. (otosport.co.id)