Kejurnas seri pembuka di Lampung, Sabtu (23/3) lalu berakhir dengan pemboikotan dari beberapa tim. Dalam gelaran bertajuk Djarum Super Mild City Slalom itu, beberapa peserta tak mengambil hadiah maupun piala sebagai bentuk protes. PP IMI pun menindaklanjuti dengan mengundang pihak yang bersengketa untuk mengetahui duduk permasalahannya. Lantas apa yang terjadi?
MISKOM
Beberapa pihak pun datang. Seperti dari tim Jangkar Miring, Team Toyota Indonesia, HRVRT dan lainnnya. Dari pihak PP IMI dihadiri Kepala Biro Olahraga Mobil, Nicky Tjonnadi, serta Kepala Biro Teknik Mobil, Taqwa Suryo Swasono, serta Komisi Slalom, Anondo Eko. Beberapa peslalom senior pun datang, seperti James Sanger dan Agus Djohansyah.
Kenapa dilakukan pemboikotan dengan tak mengambil piala? Hal ini tentunya menjadi pertanyaan utama. Apung, perwakilan tim Jangkar Miring menjelaskan. "Sebenarnya, kami tidak naik podium, karena menunggu jawaban dari COC (clerk of committee, Pimpinan Perlombaan, Vitto Siagian, red)," jelas ayah peslalom muda Bernard Yuwono ini.
Sementara, soal lainnya yaitu protes tim Jangkar Miring terhadap TTI yang ‘tidak ditanggapi' tim scrutineer menjadi isu yang kuat. Belakangan diperoleh keterangan kalau protes mereka dianggap steward sudah lewat waktu dan tak bisa diteruskan. Pasalnya, tim Entrance (yang berhak protes) dari Jangkar Miring tak langsung melakukan protes. Makin kusut, karena setelah beberapa lama, barulah COC ‘memaksa' memeriksa mobil TTI seperti diminta tim Jangkar Miring. Tetapi kemudian tak ditanggapi karena memang tak ada protes resmi dan sudah lewat waktu protes.
Nah, dari kejadian itu akhirnya didapat kesimpulan kalau prosedur protes oleh tim Entrance masih belum dilakukan dengan tepat, juga masih belum mengerti jalur protes yang seharusnya. Di lain pihak, COC juga tidak tegas, seharusnya mampu menentukan bahwa protes tetap dilakukan pada waktu yang sudah ditentukan. "Ke depannya, protes secara tertulis lebih baik dilakukan oleh entrance dari pihak yang protes," usul Usman Adie dari TTI.
Usman sendiri sudah siap menanti kalau-kalau saat itu pihaknya diprotes. "Lagian saya menunggu kalau mau diprotes, biar bisa dijelaskan," ujar Usman yang menampik pihaknya disangka melakukan kecurangan pada lengan ayun belakang Toyota Yaris TTI.
Tampak jelas, kekisruhan ini hanya berawal dari miskomunikasi saja. Itu yang disepakati tiap pihak yang hadir dalam acara hearing dari PP IMI tersebut. Seri berikutnya tentu pantang terulang. "Menang atau kalah soal biasa, yang penting sportivitas," jelas Apung yang diamini semua pihak yang hadir. Akur Om!. (otosport.co.id)