Dido yang memperkuat tim Achilles pun bertemu dengan Dean Zen dari tim GT Radial di partai final. Keduanya sukses mencapai partai final setelah melewati partai-partai dramatis di 32 Besar dan seterusnya.
Namun yang paling menarik perhatian adalah partai 4 Besar. Di sesi ini Dido harus bertarung melawan rekan satu tim yang sebelumnya jadi favorit, Amandio. Di tengah kepulan asap akibat decitan ban dan raungan knalpot yang menggelegak, sempat terjadi crash di antara keduanya.
Selang turbo mobil Amandio terlepas membuat partai ini tertunda sejenak. Sesi pertama dinyatakan juri imbang. Di sesi berikutnya yang dalam istilah drifting disebut one more time, tampak jelas mobil Amandio terkendala teknis akibat insiden sebelumnya. Dido pun melaju ke final.
Hal sama dilakoni Dean kala bertemu Lucky Reza dari tim Achilles di 4 Besar. Partai ini terbilang paling alot. Para juri tak mudah menentukan pemenangnya sehingga jatah one more time harus berlangsung sampai tiga kali. Artinya, harus turun lintasan sebanyak 8 kali berturut-turut dan jelas melelahkan. Meski terlihat sedikit kecewa dengan tambahan waktu itu, akhirnya Dean ke final bareng Dido.
Ironisnya, partai puncak ini justru tak seketat sesi sebelumnya. Hanya dengan satu sesi (dua kali run), Dido muncul sebagai juara. Sementara Amandio yang merupakan juara tahun lalu hanya bisa merebut peringkat ketiga setelah mengandaskan Lucky.
Uniknya, Dido maupun Dean seperti ‘kaget’ sendiri, karena bisa sampai ke final. Keduanya mengaku sangat tak menduga hal ini. “Kali ini persiapan saya benar-benar mepet. Hanya dua minggu karena pengiriman mobil sempat terkendala di Tanjung Priok seusai drifting di Singapura. Surprise, tapi mungkin karena saya juga sebelumnya tak terbebani target khusus sehingga enjoy saja di balik kemudi. Lawan Amandio dan Dean sungguh berat,” ujar Dido. (otosport.co.id)