Penggantian komponen dan pengaruhnya terhadap power
Otak-atik komponen pengapian bisa meningkatkan power. Otomatis bisa membuat irit bensin. Namun perlu tahu komponen mana saja yang paling besar meningkatkan power. Yuk, diurut satu-satu.
Pick up koil atau tonjolan di magnet sebagai sensor pulser. Dari sini CDI membaca timing atau derajat pengapian. Yang dibaca ujung paling depan dan belakang. Makanya zaman dulu banyak yang modifikasi tojolan pulser ini.
Cara modifikasi tonjolan pulser di magnet ada yang dipotong atau dipanjangkan. Dimaksudkan agar pembacaan timing pengapian bisa lebih maju atau mundur.
Namun modifikasi ini hanya berlaku di motor CDI zaman dulu. Sampai generasi Suzuki Shogun 110. “Karena masih menggunakan CDI analog,” jelas Tomy Huang, perancang CDI BRT.
Di motor sekarang yang sudah menganut CDI digital, tidak bisa lagi main potong pick pulser di magnet. “Karena pembacaannya tidak hanya di awal dan ujung tonjolan,” jelas Tomy Huang.
Makanya di motor sekarang untuk utak-atik derajat pengapian dianjurkan ganti CDI racing. Kalau mau fleksibel gunakan yang programmable. Jadi, jangan main potong lagi tonjolan di magnet, bisa terbuang sia-sia. Kecuali pakai CDI lama yang masih analog.
CDI racing memungkinkan pengapian lebih advanced paling menguntungkan. Dari hasil pengujian yang dilakukan di motor bebek atau matic, power paling besar dibanding otak-atik atau penggantian komponen lain.
Misalnya di motor bebek atau matic 110 dan 125 cc kondisi standar. Bisa menyumbang power 0,4 HP (Horse Power). Hampir setara dengan penggantian knalpot racing. Menggunakan knalpot racing, power yang didapat bisa 0,5 HP. Tapi, ingat, ini di motor standar ya.
Selain penggantian CDI racing, banyak juga yang mengganti kabel busi. Atau bahkan tutup busi. Pengaruhnya terhadap power maksimum memang kecil sekali atau bahkan bisa dikatakan tidak ada.
Namun kabel dan tutup busi bisa bikin stabil pengapian. Atau bahkan grafik power cenderung lebih tinggi meski power maksimum tidak banyak pengaruh. Jadi, sebenarnya hanya bagus untuk akselerasi. Bagus buat tarik-tarikan aja.
Satu lagi yang biasa diganti oleh penggemar adu kebut. Yaitu banyak yang aplikasi koil racing. Secara bahasa dagang memang cuap-cuap bikin power meningkat. Namun perlu jeli dalam menerima bahasa promosinya.
Pedagang tidak salah juga. Karena koil racing juga meningkatkan power walau sangat kecil sekali. Hanya seper sepuluh atau seper dua puluh dari CDI racing.
Misalnya CDI racing mampu meningkatkan power 0,4 HP. Koil racing paling tinggi 0,02 sampai 0,04 HP. Sangat kecil kan? Makanya dianggap nol atau tidak ganti koil juga tidak apa-apa.
Ini yang membuat koil Yamaha YZ125 tetap laris-manis di pasaran. Koil YZ hanya bikin stabil pengapian. Membuat grafik power mantap dan enak diajak akselerasi. Tapi, tak banyak meningkatkan power.
Enaknya tidak masalah dipadukan dengan CDI merek apapun. Berbeda degan koil racing, kadang kontradiktif dengan CDI. (motorplus-online.com)
Pick up koil atau tonjolan di magnet sebagai sensor pulser. Dari sini CDI membaca timing atau derajat pengapian. Yang dibaca ujung paling depan dan belakang. Makanya zaman dulu banyak yang modifikasi tojolan pulser ini.
Cara modifikasi tonjolan pulser di magnet ada yang dipotong atau dipanjangkan. Dimaksudkan agar pembacaan timing pengapian bisa lebih maju atau mundur.
Namun modifikasi ini hanya berlaku di motor CDI zaman dulu. Sampai generasi Suzuki Shogun 110. “Karena masih menggunakan CDI analog,” jelas Tomy Huang, perancang CDI BRT.
Di motor sekarang yang sudah menganut CDI digital, tidak bisa lagi main potong pick pulser di magnet. “Karena pembacaannya tidak hanya di awal dan ujung tonjolan,” jelas Tomy Huang.
Makanya di motor sekarang untuk utak-atik derajat pengapian dianjurkan ganti CDI racing. Kalau mau fleksibel gunakan yang programmable. Jadi, jangan main potong lagi tonjolan di magnet, bisa terbuang sia-sia. Kecuali pakai CDI lama yang masih analog.
CDI racing memungkinkan pengapian lebih advanced paling menguntungkan. Dari hasil pengujian yang dilakukan di motor bebek atau matic, power paling besar dibanding otak-atik atau penggantian komponen lain.
Misalnya di motor bebek atau matic 110 dan 125 cc kondisi standar. Bisa menyumbang power 0,4 HP (Horse Power). Hampir setara dengan penggantian knalpot racing. Menggunakan knalpot racing, power yang didapat bisa 0,5 HP. Tapi, ingat, ini di motor standar ya.
Selain penggantian CDI racing, banyak juga yang mengganti kabel busi. Atau bahkan tutup busi. Pengaruhnya terhadap power maksimum memang kecil sekali atau bahkan bisa dikatakan tidak ada.
Namun kabel dan tutup busi bisa bikin stabil pengapian. Atau bahkan grafik power cenderung lebih tinggi meski power maksimum tidak banyak pengaruh. Jadi, sebenarnya hanya bagus untuk akselerasi. Bagus buat tarik-tarikan aja.
Satu lagi yang biasa diganti oleh penggemar adu kebut. Yaitu banyak yang aplikasi koil racing. Secara bahasa dagang memang cuap-cuap bikin power meningkat. Namun perlu jeli dalam menerima bahasa promosinya.
Pedagang tidak salah juga. Karena koil racing juga meningkatkan power walau sangat kecil sekali. Hanya seper sepuluh atau seper dua puluh dari CDI racing.
Misalnya CDI racing mampu meningkatkan power 0,4 HP. Koil racing paling tinggi 0,02 sampai 0,04 HP. Sangat kecil kan? Makanya dianggap nol atau tidak ganti koil juga tidak apa-apa.
Ini yang membuat koil Yamaha YZ125 tetap laris-manis di pasaran. Koil YZ hanya bikin stabil pengapian. Membuat grafik power mantap dan enak diajak akselerasi. Tapi, tak banyak meningkatkan power.
Enaknya tidak masalah dipadukan dengan CDI merek apapun. Berbeda degan koil racing, kadang kontradiktif dengan CDI. (motorplus-online.com)