Risiko Balap Liar, Digebuki Massa!

billy - Sabtu, 16 Februari 2013 | 09:27 WIB

(billy - )


Belum lama, seorang pembalap liar atau pebali di Makassar, Sulawesi Selatan tewas menghantam tembok pembatas jalan. Sebab tewas bukan karena motor jatuh saat balap, tapi ditimpuk warga yang kesal dan terganggu.

Kaget kena lemparan, motor oleng dan menabrak trotoar. Polisi masih mengusut peristiwa ini termasuk mengejar pelaku pelemparan. Bisa ditebak, penyelidikan ini nggak bakal gampang, maklum pergerakan massa sulit dijajaki, apalagi jika warga sudah jengkel, informasi yang didapat bakal sulit hingga polisi perlu kerja keras mengusut masalah ini.

Kekesalan massa memang masuk akal. Pembalap liar memang sering memakan korban pengguna jalan lain. Hampir semua tempat, peristiwa mengenaskan terjadi, bahkan di beberapa lokasi terpancang spanduk yang isinya peryataan sikap masyarakat sekitar untuk perang terhadap aksi balap liar.

MOTOR Plus pernah meliput langsung tindak kekerasan terhadap balap liar di Desa Sukadana Garut. Pebali yang ditenggarai anggota geng motor, dihadang langsung oleh massa sampai salah satunya tewas. Suasana mencekam, semua lampu dimatikan dan massa menunggu pebali melintas. Ada teriakan.hadang...bunuh,” terang Hasan ojeker di wilayah ini.

Bukan  hanya di Makassar atau Garut, peristiwa penghadangan juga terjadi di Purwakarta tepatnya di zona Jl. Industri Desa Maracanang.

Mereka jengkel pada 4 pembalap yang ngebut di wilayah ini. Tak buang waktu terjadi penghadangan dan pelemparan batu. Panik, pembalap tancap gas, sialnya boncenger mereka terjatuh, mereka adalah Anton dan Ali Jejen. Ngeri, masyarakat menghakimi mereka. Anton tewas di tempat kejadian dan Ali Jejen sempat dibawa ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung dalam kondisi kritis. Keduanya akhirnya meninggal dunia.

Dari obrolan dengan mereka, aksi bentrok massa dan pebali bisa berbuntut panjang. Peristiwa Garut misalnya, disinyalir melibatkan dua geng motor yang kerap bentrok. Anggota geng musuh  yang kebetulan tinggal di sekitar warga lain memanfaatkan situasi dan ikut memprovokasi warga.

Di sisi lain, warga juga marah pada aksi mereka yang kadang membahayakan keselamatan penduduk sekitar. Saat disulut mereka langsung bertindak. Makin gawat, aksi main hakim sendiri ini sulit dilacak polisi karena melibatkan massa.

Langkah tegas dilakukan pihak kepolisian. ”Tembak di tempat itu sifatnya situasional,” jelas Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Garut Ajun Komisaris Polisi Oon Suhendar yang menjabat saat terjadi bentrok massa dan pembalap liar di zona Sukadana.

Seli Sulider, sekjen kelompok motor berbasis massa besar Brigez angkat bicara, “Kami mendukung tindakan tegas aparat kepada siapapun yang membahayakan keselamatan orang lain,” bukanya.

Di wilayah Banten, aksi balap liar di rasa belum terlalu gawat seperti halnya di Priangan Timur. “Di sini balap liar hanya sebatas balapan antar bengkel. Juga tidak melibatkan banyak orang. Lokasi sepi juga lalu lintas lengang mengurangi risiko bentrok dengan warga,” jelas Dede Sulaiman alias Deking dari tim Azer Motor. (motorplus-online.com)