Megahnya riungan klub yang mensuport pabrikan
Pada suatu masa, Harley-Davidson Company di Amerika pernah mengalami krisis berat. Mereka keteteran oleh serbuan motor Jepang juga Eropa di soal memikat para biker jalanan. Produk Jepang yang high tech atau motor Inggirs yang eksotik, mau nggak mau menghantui pabrikan kebanggaan para yanke ini.
Syukurlah, H-D sebagai legenda Amerika terselamatkan oleh biker fanatik dan sangat nasionalis dalam naungan klub gede semisal Hell’s Angels, Pagans, Outlaws. Mereka begajulan, stylish, macho dan kreatif di soal customized motor. Ini bisa jadi senjata ampuh untuk menyebar doktrin bahwa H-D jadi strata tertinggi dunia motoris. Makanya, klub motor ini punya jasa besar dalam menyelamatkan muka salah satu keajaiban Amerika.
Fakta sejarah ini jadi cerminan, betapa klub motor punya pengaruh gede bagi hidup-matinya jualan motor pabrikan gede. Di Indonesia, walau beda cerita inti kisahnya hampir sama. Klub motor jadi garda terdepan ngasih pangaruh gede di soal penjualan motor. Contoh paling nyata misalnya di dunia Tigeris.
Kesuksesan Honda Tiger mau nggak mau dipengaruhi dengan menjamurnya klub motor Tiger di seantero nusantara. Apalagi setelah Honda Tiger Club Indonesia (HTCI) terbentuk, gabungan puluhan klub ini menegaskan predikat kalau Tiger jadi motor yang sangat diandalkan biker macho khususnya yang daily riding.
”Klub dan pabrikan memang harus menjadi mitra sejajar, kita saling support. Ya..win win solution lah,” jelas Indra Panca, founder dari Honda Tiger Club Indonesia.
Pergerakan klub Kawasaki Ninja 250R saat ini tentunya punya pengaruh besar buat PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI), sebagai underdog di antara pabrikan gede lain khususnya Honda dan Yamaha.
Jadi di kacamata anak motor apalagi klub, merekalah yang mensuport pabrikan dan bukan sebaliknya. Soalnya banyak pristiwa yang berkesan klub yang minta disuport pabrikan dan bersusah payah melobi pabrikan lewat dealer atau main-dealer agar acara mereka dapat dukungan.
Padahal bargaining power mereka juga gede, apalagi untujk klub berbasis motor yang beredar di pasaran. Di sisi lain, pabrik juga wajib mengakui kalau klub adalah faktor terpenting kesuksesan penjualan.
Jika begitu posisinya bukan pabrikan mensupport klub atau sebaliknya, tapi mitra sejajar yang saling mendukung. Kalau keduanya saling mengerti, pabrikan pasti akan lebih antisipatif mendukung klub dan klub sendiri bakalan lebih loyal menebar virus positif. (motorplus-online.com)
Syukurlah, H-D sebagai legenda Amerika terselamatkan oleh biker fanatik dan sangat nasionalis dalam naungan klub gede semisal Hell’s Angels, Pagans, Outlaws. Mereka begajulan, stylish, macho dan kreatif di soal customized motor. Ini bisa jadi senjata ampuh untuk menyebar doktrin bahwa H-D jadi strata tertinggi dunia motoris. Makanya, klub motor ini punya jasa besar dalam menyelamatkan muka salah satu keajaiban Amerika.
Fakta sejarah ini jadi cerminan, betapa klub motor punya pengaruh gede bagi hidup-matinya jualan motor pabrikan gede. Di Indonesia, walau beda cerita inti kisahnya hampir sama. Klub motor jadi garda terdepan ngasih pangaruh gede di soal penjualan motor. Contoh paling nyata misalnya di dunia Tigeris.
Kesuksesan Honda Tiger mau nggak mau dipengaruhi dengan menjamurnya klub motor Tiger di seantero nusantara. Apalagi setelah Honda Tiger Club Indonesia (HTCI) terbentuk, gabungan puluhan klub ini menegaskan predikat kalau Tiger jadi motor yang sangat diandalkan biker macho khususnya yang daily riding.
”Klub dan pabrikan memang harus menjadi mitra sejajar, kita saling support. Ya..win win solution lah,” jelas Indra Panca, founder dari Honda Tiger Club Indonesia.
Pergerakan klub Kawasaki Ninja 250R saat ini tentunya punya pengaruh besar buat PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI), sebagai underdog di antara pabrikan gede lain khususnya Honda dan Yamaha.
Jadi di kacamata anak motor apalagi klub, merekalah yang mensuport pabrikan dan bukan sebaliknya. Soalnya banyak pristiwa yang berkesan klub yang minta disuport pabrikan dan bersusah payah melobi pabrikan lewat dealer atau main-dealer agar acara mereka dapat dukungan.
Padahal bargaining power mereka juga gede, apalagi untujk klub berbasis motor yang beredar di pasaran. Di sisi lain, pabrik juga wajib mengakui kalau klub adalah faktor terpenting kesuksesan penjualan.
Jika begitu posisinya bukan pabrikan mensupport klub atau sebaliknya, tapi mitra sejajar yang saling mendukung. Kalau keduanya saling mengerti, pabrikan pasti akan lebih antisipatif mendukung klub dan klub sendiri bakalan lebih loyal menebar virus positif. (motorplus-online.com)