Modif Toyota Sprinter Trueno 1984, Melawan Arus

billy - Selasa, 3 Mei 2011 | 09:02 WIB

(billy - )


Jakarta - Setelah sekian lama menanti sosok mobil yang sedang naik daun lantaran kemunculannya di ajang drift, akhirnya sang pemilik bersedia meluangkan waktunya untuk diabadikan oleh RETROISME.

Melihat Sprinter Trueno keluaran tahun 1984 ini, tampilannya memang bagaikan magnet yang mampu menarik mata yang memandang. Sungguh beruntung Echa mendapatkan Sprinter Trueno yang berstatus langka ini. “Saya dapetnya di sekitar Lombok, kondisinya masih bagus dengan bodi yang masih mulus,” terang Echa.

Setelah dibawa ke Jakarta, Echa menginginkan konsep tampilan yang berbeda pada Sprinter Trueno miliknya. Menurutnya, tampilan ala mobil drift tak lagi memberikan sesuatu yang berbeda baginya.
Pelampiasannya, Echa mencomot tampilan ala mobil touring Group C di Jepang. Karena sejatinya, “Sprinter Trueno lebih dahulu terkenal di ajang balap turing di Jepang pada tahun 1980-an, maka konsep ubahannya pun berkiblat kesana,” tambahnya.
 
Identitas ala mobil touring pun disematkan dengan detail olehnya. Lihat saja tampilannya kini yang lebih lebar dengan pemakaian wide body buatan Vertex lengkap dengan body kit-nya.

Sebagai informasi, wide body umum digunakan untuk mobil turing, lantaran untuk mengakomodir setelan suspensi yang dibuat lebih lebar untuk menyediakan traksi yang maksimal di lintasan sirkuit. Seperti yang dipasangkan pada Trueno milik Echa, wide body Vertex-nya ini lebih lebar sekitar 3 jari atau 5 cm dari kondisi standar.
Hal tersebut berimbas pada pemakaian velg Work Equip 01 berukuran 15x(9+10) pada kaki-kaki Truenonya. Offset-nya pun -3 di depan dan -5 untuk belakang agar kedudukan velg dapat sejajar dengan dengan fender. Memang sulit untuk mendapatkan velg dengan konstruksi ekstrem tersebut. Namun Echa memilih untuk memesan langsung ke pabrikan agar dibuatkan khusus untuk Trueno-nya.
 
Hasilnya memang berbanding lurus, karena kini velg berkonstruksi 3 piece ini terlihat klop dengan wide body yang telah terpasang. Terlebih dengan bantuan coilover Gab Sport yang bisa membuat bodi kompak Trueno turun hingga 3 cm. Sehingga seperti yang kamu lihat, bibir velg pun bisa dibuat lebih menempel dengan fender dengan hanya menyisakan sedikit ruang untuk bermain. Sadis!
Berbeda dengan tampilan eksterior yang mengundang banyak decak kagum, pada sektor mesin, Echa tak menginginkan perubahan yang krusial. Alasannya pun kuat, lantaran Trueno miliknya ini hanya untuk konsumsi daily used. Sehingga, ubahan untuk menghasilkan output yang beringas dinilai tak perlu.
 
Proses tuning yang dilakukan pun hanya sekedar membuat mesin legendaries 4A-GE dapat memberikan respon lebih sigap. “Karena saya tidak mengejar mesin yang kenceng, hanya ingin menampilkan seperti tampilan mobil turing pada jamannya,” sahutnya.

Salah satunya, dengan menggunakan kem TRD berkonfigurasi 272° untuk memberikan karakter tenaga yang lebih padat hingga putaran atas. Sementara throttle body dan per klep menggunakan HKS dan diatur dengan ECU dari Cusco, untuk memberikan performa yang lebih maksimal kalau Echa lagi kambuh ‘penyakit’ ngebutnya.

Setelah rampung, Trueno berkelir xirallic white dari DuPont ini malah kerap terlihat di ajang drift nasional. Bukan untuk turun drift memang, namun Echa sekedar membawanya berjalan-jalan kemanapun dia suka. Kabarnya, sebuah Trueno sedang dibangun untuk fokus turun di ajang drift dengan persiapan yang matang. Kita tunggu saja kemunculannya!


Depan Belakang Beda


Untuk pemasangan fender Vertex di tubuh Trueno, perlu trik khusus dan berbeda untuk fender depan dan belakang. Untuk fender depan misalnya, lebih mudah lantaran tinggal melepas fender asli bawaan Trueno dan menggantinya dengan milik Vertex. Tak ada ubahan berarti untuk fender depan lantaran konstruksi bolt on-nya tinggal memasangkan dengan baut saja.

Sementara untuk yang belakang, ditempuh dengan proses kondom, dimana, fender asli masih terpasang, dan hanya ditempel dengan fender milik Vertex. Untuk menempelkan ke bodi Trueno, memerlukan cairan silikon khusus yang dilanjutkan dengan bor pada pinggiran fender dan bodi.

“Di bor lantaran untuk proses divert-nya agar lebih kuat menempel fendernya,” terang Jona yang bertanggung jawab atas pemasangan fender dan body kit pada Trueno Echa ini.

Divert yang dimaksud adalah pemasangan baut model tarik pada pinggiran fender dan bodi agar dapat menempel sempurna. Setelah itu, pada bekas bor tersebut ditambal lagi dengan fiberglass dan didempul ulang agar terlihat rapi sebelum masuk proses cat. Proses pemasangan sendiri membutuhkan waktu 1,5 bulan berikut pengecatannya.

Agar Tak Mudah Kehilangan Traksi

Meski bukan untuk konsumsi drift, Echa tetap memasangkan limited slip TRD 1,5 way agar mampu mengeliminir kehilangan traksi ban belakang. Hal tersebut dikarenakan “Bobot Trueno ringan, sehingga ban belakang mudah untuk kehilangan traksi.

Terlebih saat melakukan akselerasi mendadak,” ungkap Echa. Sementara untuk kopling set cukup dengan menggunakan OS Giken double clutch untuk menghindari selip saat perpindahan gigi. (mobil.otomotifnet.com)