Nih, Cara Biar Gas Buang Lebih Plong

billy - Senin, 18 April 2011 | 06:02 WIB

(billy - )


JAKARTA - Kalau boleh diilustrasikan, sistem pembuangan (exhaust system) di mobil hampir sama dengan saluran pembuangan di tubuh manusia. Setelah proses pencernaan di usus, sisa hasil pencernaan (feces) dibuang dari colon ke rektum dan keluar melalui anus.

Sedangkan di mobil, hasil pembakaran di dalam ruang mesin dibuang melalui sistem yang dinamakan pembuangan atau lebih dikenal dengan knalpot yang diambil dari bahasa Belanda yang berarti saringan suara.

Di sistem pembuangan tersebut terdiri dari beberapa komponen penting. Mulai exhaust manifold (header), pipa, resonator, catalytic converter (katalis), tabung fleksibel, muffler, mounting dan muffler tip. Khusus di kendaraan MPV macam Toyota Avanza, Kijang Innova, Daihatsu Xenia, Suzuki APV dan lainnya, exhaust system pun tak bisa dianggap remeh.

Ada penyakit atau masalah spesifik yang timbul di mobil keluarga tersebut. Nah, seperti apa,  yuk kita bedah satu persatu komponen di sistem pembuangan ini.


Exhaust Manifold

Exhaust manifold (EM) adalah komponen pertama yang ada di sistem ini. Fungsinya, saluran buang sisa pembakaran dari kepala silinder ke knalpot. Menurut Prasetyo, EM kerap disebut pula header. “Tapi header lebih dikenal dengan EM yang sudah di-custom,” bilang penggawang Juara Knalpot, di RS Fatmawati, Jaksel.

 Ada dua jenis bahan EM di mobil standar. Yaitu, model besi cor dan cast iron. “Jarang sekali kerusakan terjadi di EM. Bisa tahunan,” tegas Prasetyo.

 Namun, EM berbahan besi cor sering retak karena tersiram air ketika panas. Kasus tersebut banyak terjadi jika dek pelindung bawahnya rusak atau bolong. Untuk itu, selalu cek dek tersebut. Atau, umumnya mengganti header dengan pipa sekaligus didesain ulang untuk menambah performa mesin.


Catalytic Converter

Catalytic converter (CC) atau katalis adalah alat yang dapat menekan dan menyaring kadar gas buang, seperti CO (karbon monoksida), HC (Hidrokarbon) dan NOX (Nitrigen oksida). Hasilnya, gas buang mesin lebih bersih atau ramah lingkungan.

 “Lokasinya ada di belakang exhaust manifold dan di dalamnya ada sarang tawon kecil berdiameter sekitar ½ mm,” jelas Prasetyo dari Juara Knalpot.

Kerusakan yang sering terjadi adalah pecah karena terbentur benda keras di jalan. Kalau sudah pecah, kata Prasetyo, akan timbulkan suara aneh seperti baut di dalam kaleng. "Klontang klontang klontang..., gitu," sahutnya.

Kerusakan dapat terjadi pula karena usia pakai. “Biasanya tersumbat karena usia atau sering pakai bensin bertimbel. Kalau sudah tersumbat, mesin jadi susah hidup atau kadang pipa depan jadi merah menyala,” ungkapnya.

Lantaran diameter saringan dalam sangat kecil, makanya sering dilepas oleh pemilik mobil biar gas buang enggak ada hambatan dan tenaga mesin semakin enak. “Orang berani melepas soalnya aturan uji emisi di Indonesia juga belum efektif berlaku, kan,” bilang pria ramah itu.


Resonator

Sesuai namanya, fungsinya meredam atau menyaring suara. Dan lokasinya berada setelah header atau juga biasa ditempatkan di belakang catalytic converter. Umumnya komponen ini sudah ada di mobil-mobil baru.

Selain meredam suara, resonator juga berguna menghasilkan back pressure (tekanan balik) gas buang,” ujar Mulyono, juragan Indo Jaya Knalpot, di jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakbar.

Acap kali resonator dicopot lantaran menghambat gas buang oleh pemilik mobil. “Sebaiknya jangan dilepas kalau mesin standar. Karena suara jadi besar, kecuali kalau memang pengin suara knalpot gede,” sahut Mulyono.

Mengenai kerusakan, sebenarnya mirip dengan tabung muffler. Namun, Prasetyo menemukan kejanggalan resonato di Toyota Kijang Innova yang berjumlah dua. "Orang mengeluhkan suaranya dengung. Ternyata di dalamnya gak ada peredamnya. Jadi saya ganti dengan resonator yang ada peredam," beber warga Kembangan, Jakbar ini.


Muffler

Penyakit utama pada tabung gas buang ini adalah keropos atau penyok akibat terbentur dan bocor. Pelat tipis yang berfungsi meredam suara selain resonator ini kerap ‘termakan’ sisa gas buang.

Apalagi bila besutan kesayangan rajin ‘minum’ bahan bakar seperti Pertamax Plus atau Shell Super Extra yang beroktan tinggi. Usia tabung relatif lebih pendek. Ini lantaran hawa sangat panas dari sisa gas buang yang disebabkan bahan bakar oktan tinggi.

“Kalau tidak bagian luarnya yang keropos bisa juga sekat bagian dalam yang kena,” jelas Benny dari Standard Adi Knalpot di Jl. Gunung Sahari, Jakpus.

Untuk penggantian, bisa dilakukan 2 macam cara. Yakni mengganti secara utuh yakni tabung dan sebagian pipa saluran gas buang atau hanya mengganti tabungnya saja.

Banderolnya berkisar antara Rp 1-2 juta untuk versi orisinal atau Rp 750 ribu untuk versi ‘seperti’ orisinal alias replika. Malah tak jarang ditawarkan jenis aftermarket dengan material stainless steel yang lazim digaransi hingga 3 tahun.


Muffler Tip

Beda dengan tabung muffler, ujung knalpot ini biasanya hanya berfungsi sebagai pelepas sisa gas buang yang berada persis di bawah bumper.

Namun bukan berarti muffler tip ini bebas penyakit. Apalagi untuk versi aftermarket yang material dan kualitas bahannya tak sebaik pabrikan. Untuk beberapa tipe muffler tip, biasanya mendapat finishing dengan warna chrome.

Seiring dengan usia MPV kesayangan yang sudah 4-5 tahun, tip ini kerap karatan karena pelapis chrome mulai mengelupas. Mengantisipasi hal ini, banyak bengkel knalpot yang menawarkan tip seperti bawaan pabrik tetapi memakai bahan stainless steel.

“Selain lebih awet, modelnya bisa menyesuaikan dengan bentuk atau desain bumper,” terang Munin dari Azki Dr. Muffler di bilangan Pondok Cabe, Jaksel.

Muffler tip biasanya dibuat 2 versi pemasangan. Ada yang dilas langsung ke ujung pipa knalpot tetapi ada juga yang hanya dibaut alias dijepit. Harga berkisar antara Rp 300-700 ribu tergantung model dan bahan yang dipakai dan biasanya dibarengi garansi 1-2 tahun.


Mounting

Lazim disebut dengan karet gantungan knalpot. Bentuknya kecil, fleksibel tetapi memiliki tugas sangat berat. Fungsinya sebagai penyangga exhaust system. Mulai dari pipa depan, muffler hingga pipa belakang yang nongol di bawah bumper sangat bergantung dari karet gantungan.

Makanya, meski kecil harganya lumayan mahal. “Mau hemat bisa pakai mounting karet versi pahe yang sekarang banyak disediakan bengkel knalpot tetapi umur tak bisa lama,” terang Benny dari Standar Adi Knalpot.

Apalagi knalpot ini selalu bergetar dan goyang saat mesin hidup atau mobil berjalan. Bisa dibayangkan bobot keseluruhan pipa dan tabung knalpot yang menggantung di karet bundar atau kotak ini.

Biasanya sebuah minibus atau MPV yang berdimensi panjang memiliki 5-6 buah mounting. Bila satu saja putus atau retak, otomatis beban yang harus ditanggung mounting lainnya jadi lebih besar pula. Tak heran bila mounting sudah afkir, pipa atau tabung akan membentur bodi sambil menimbulkan bunyi duk..duk..duk!


Fleksible

Dibilang fleksibel karena bentuknya yang menyerupai slang buangan mesin cuci atau sedotan plastik model tekuk. Pipa logam yang dibentuk menyerupai accordion ini memang memiliki fleksibilitas tinggi.

Lazim diletakkan sebagai penghubung setelah collector header. “Guncangan mesin yang tinggi kerap menyebabkan sambungan pipa bocor atau kendur. Makanya digunakan pipa fleksibel,” jelas Munin dari Azki Dr. Muffler.

Meski begitu, fleksibel memiliki usia pakai karena posisinya yang dekat dengan mesin. Hawa panas sisa gas buang yang lewat pipa fleksibel kerap membuat ketebalan dinding berkurang.

Makin lama usia pakai mobil keluarga seperti Innova atau Avanza, bisa juga terjadi kebocoran karena retak. Khususnya pada setiap lipatan fleksibel yang menyerupai accordion, karena selalu bergerak saat mesin goyang. 

Biaya penggantian fleksibel ini bisa mencapai Rp 800 ribu untuk yang berdimensi 15-20 cm. Ini lantaran pipa fleksibel masih dibungkus dengan anyaman stainless steel (braided shield).  (mobil.otomotifnet.com)