Jika balap motor bebek di Indonesia menjadi awal karier pembalap sejak berstatus pemula hingga seeded, tapi ketika motor bebek dan kompetisi nasional tak lagi menantang maka saatnya naik kelas. Tahun ini bisa dibilang jadi babak baru dengan kembalinya nama Indonesia di pentas dunia Moto2 dengan Doni Tata Pradita (Federal Oil) dan Rafid Topan Sucipto (QMMF).
Tapi dalam skala berbeda akan ada beberapa nama lain yang akan pula menjajal event lebih tinggi dari Kejurnas sebagai bagian langkah menuju jenjang dunia. Di luar agenda pabrikan besar soal penjenjangan, tanpa banyak gembar-gembor atau pemberitaan akan ada aksi pembalap Indonesia di pentas internasional dengan berbagai cara.
IMAN, REIHAN, ALI ADRIAN
Tahun lalu juga berangkat Doni Tata, Dimas Ekky, Rafid Topan dan Ali Adrian menjadi gelombang pertama wakil Indonesia di QIRRC dengan hasil cukup bagus. Maka tahun ini gantian Immanuel dan Reihan jajal kompetisi khusus Yamaha R6 di Losail untuk menambah jam terbang karena mereka juga masih terbilang newbie di kompetisi kelas 600 cc Kejurnas.
“Reihan masih 17 tahun, Immanuel baru 16 tahun, makin banyak balapan maka akan lebih bagus, nggak cuma balap di Indonesia saja,” kata Waryanto, ayah Immanuel. Meski di seri 2 QIRRC nasib baik belum berpihak karena Immanuel tak finish karena masalah teknis dan Reihan finish ke-5 saat Race 1.
Jalan panjang menempa kemampuan pembalap Indonesia agar bernyali yang tak jago kandang di sirkuit Sentul saja. Terobosan untuk berani keluar balap di luar negeri dengan kocek sendiri karena tak ada dukungan pabrikan atau sponsor kuat tentu layak diapresiasi. Karena jika hanya diam menunggu maka proses pembelajaran pembalap akan berjalan lama.
Lalu ada nama Ali Adrian yang loncat menjajal European Junior Cup (EJC) yang menjadi supporting race di ajang World Superbike seri Eropa, tahun ini EJC memakai Honda CBR500 sebagai pengganti KTM Duke 690 yang dipakai EJC 2012.
“Rencananya akan ada 8 seri EJC di Eropa, semoga bisa mendapatkan hasil bagus,” kata Ali yang akan tinggal di Eropa agar bisa fokus di semua seri EJC. Ini menjadi babak baru buat Ali yang di 2011 menjadi juara kelas Sport 250 cc dan di 2013 jajal ikut kelas Supersport FIM Asia Road Racing Championship.
Dengan Dorna kini menjadi pemilik di WSBK dan MotoGP maka masuknya pembalap Indonesia ke kelas feeder seperti EJC diharapkan bisa membuka kesempatan agar dilirik prestasinya oleh tim dunia. Tapi ini adalah proses panjang karena persaingan di EJC tak bisa dibilang gampang karena dipenuhi pembalap Eropa yang jelas punya pengalaman lebih di motor kelas sport.
Masih samar-samar dari salah satu provinsi di Sumetera, ada bocoran akan pembalap yang akan menjajal event balap Supersport di Jepang. Ini sebagai menu tambahan selain balap di Kejurnas Supersport 600 cc di Indospeed Race Series 2013.
Meski namanya minta disamarkan karena balap di Jepang membutuhkan banyak persiapan. Maklum tahun ini menjadi debut pertama pembalap ini di motor 600 cc setelah sekian tahun balap di kelas Sport 250cc.
Tapi apapun itu, langkah berani untuk keluar dari kotak dan menjajal tantangan baru demi prestasi lebih tinggi. Apalagi langkah Imamanuel, Reihan dan Ali ini sepenuhnya atas inisiatif dan pendanaan sendiri, tanpa dukungan salah satu pabrikan motor.
Ini yang membedakan dengan generasi pembalap Indonesia sebelumnya yang merasa cukup puas dengan menjadi juara nasional kelas bebek karena saat itu minim akses keluar dan sponsor kuat. Sehingga nasib pembalap sepenuhnya ditentukan oleh kebijakan pabrikan untuk sejauh apa bisa balap. Semoga langkah pembalap muda ini bisa membuka jalan agar akan terus ada wakil Indonesia sampai di MotoGP seperti Doni Tata dan Rafid Topan. (otosport.co.id)