Ketahui Batasan Aman Bore-Up Yamaha Jupiter MX 135

Editor - Senin, 30 Agustus 2010 | 10:58 WIB

(Editor - )


OTOMOTIFNET - Sebenarnya mix and match part performa pada Yamaha Jupiter MX 135 sudah pernah kami lakukan beberapa edisi silam. Tapi kami sajikan lagi buat Anda dengan menggunakan part dari produk yang berbeda dibanding sebelumnya. Antara lain knalpot free flow, busi dan CDI unlimiter.

Untuk saluran gas buang free flow, kami pilih produk DBS. karena pada pengujian terpisah beberapa merek knalpot buat MX 135 (baca hal.20), hasil terbaik diraih oleh merek ini. Makanya kami coba gunakan knalpot tersebut untuk diramu dengan part lain.

Sementara buat mening­kat­kan kualitas api di ruang bakar, businya kami ganti jenis iridium dari Denso. Untuk MX 135 standar, sarannya pakai tipe IU22. Karena kalau pakai yang kode angkanya di atas itu, speknya terlalu dingin. Sehingga berisiko gampang mati.

Lalu guna mendapat power band yang lebih luas serta napas dan putaran mesin lebih panjang, CDI coba kami ganti pakai produk aftermarket yang kurva pengapiannya lebih advance plus tanpa limiter. Tapi tak cuma satu CDI yang uji. Melainkan ada 4 merek, antara lain TDR, BRT Hyperband, Rextor Adjustable dan Varro.

Soal profil serta hasil uji dyno pada ke-4 CDI tersebut di MX 135, silahkan kebet juga Hal.20. Oh iya, khusus untuk CDI sengaja kami pilih lebih dari satu guna mencari mana kombinasi yang mampu menghasilkan performa paling bagus.


Perhatikan ketebalan liner sebelum menjejalkan piston gede

Metode & Hasil Tes
Untuk tahu perubahan performa yang dihasilkan, kami memanfaatkan dynometer merek Dynojet 250i buatan Amerika milik Sportisi Motorsport (SM) di Jl. Raya Tenggiri No 4A, Rawamangun, Jaktim. Pertama, MX 135 gres pinjaman dari pabrik kami dyno buat mengetahui tenaga dan torsi standarnya.

Didapat tenaga standar 9,4 dk pada putaran 7.000 rpm. Sedang torsi maksimum 10,18 Nm di 11.000 rpm. Oh iya, perlu diingat bahwa pencapaian hasil itu akan berbeda bila pengukurannya dilakukan pada mesin dyno merek lain, misal Rextor V3.3 buatan Batam. Karena umumnya masing-masing merek punya settingan dan toleransi yang berbeda.

Langkah selanjutnya, busi standar diganti produk Denso Iridium IU22 dan knalpot pakai jenis free flow berlabel DBS. Lalu kami coba kombinasikan dengan CDI BRT Neo-Hyperband seharga Rp 455 ribu, yang kemudian dilanjutkan Rextor Adustable (Rp 550 ribu), TDR (Rp 1 juta) dan terakhir Varro (Rp 353 ribu). Hasilnya bisa Anda lihat pada boks Hasil Pengetesan atau grafik dyno.

So, pilihan ada di tangan Anda!.

Penulis/Foto: DiC / Andhika