Jalur Tengkorak Cakung-Cilincing, Mustahil Tak Mampu Bangun Infrastruktur Jalan

billy - Jumat, 2 September 2011 | 08:20 WIB

(billy - )


Memisahkan truk di jalur khusus. Bukan solusi!
Sudah jadi realita jika sesuatu terus menerus terjadi dikatakan lumrah. Sayangnya peristiwa biasa ini bukan menyangkut hal yang biasa tetapi persoalan nyawa. Kita sedang membicarakan jalur tengkorak Cilincing-Cakung yang terus menelan korban.

Jalur ini jadi salah satu  tiga jalur berbahaya di Jakarta Utara selain Jl. Yos Sudarso, Jl. RE Martadinata dan Arteri Marunda.

Beberapa edisi ke belakang, MOTOR Plus silaturahmi dengan satu keluarga sederhana yang kehilangan 3 anggota keluarganya dalam 4 bulan di jalur ini.

”Sudah puluhan tahun. Setiap tahun makan korban, bukan sebuah keluarbiasaan!” jelas Anah, warga asli Semper Barat. Nenek ini kehilangan  3 cucunya di zona ini.

Selang berapa lama, musibah kembali terjadi, menimpa dua gadis muda (13/8) hanya berselang 1,5 jam, di lokasi yang tidak berjauhan. Korban adalah Weni Afriani dan Linda Heryawati. Dari data yang ada, sudah 96 tewas selama Januari- Agustus  di wilayah Jakarta Utara. Ini merupakan angka menyesakkan dada!

Karakteristik dan keadaan lalu lintas di wilayah ini memang memiliki keunikan tersendiri. Ia adalah jalur perdagangan yang menghubungkan transportasi darat dan laut. Banyak gudang dan pabrik berdiri di kawasan ini.

Kendaraan besar, seperti truk trailer atau kontainer dan truk tangki ukuran besar, lalu lalang bercampur dengan kendaraan kecil seperti motor.

Data kecelakaan lalu lintas di Satuan Lalu Lintas Jakarta Utara menunjukkan, sebanyak 21,4 persen kecelakaan lalu lintas di DKI Jakarta terjadi di Jakarta Utara. Selama 2010 di wilayah Jakarta Utara terjadi 847 kecelakaan lalu lintas dan pada Januari 2011 terjadi 61 kecelakaan lalu lintas.

Bertolak dari catatan itu Kasat Lantas Jakarta Utara Kompol Adhie Santika Sik membuat program memisahkan jalur kendaraan kontainer dengan motor. “Truk besar diarahkan dalam satu ruas jalan tersendiri. Kanalisasi ini sedikit berbeda dengan kanalisasi pada umumnya, di mana setiap jalan dipasangi rambu.”  

Kompol Adhie menambahkan pihak kepolisian telah mengedarkan surat kepada supir kontainer dan memasang spanduk himbauan di setiap pol kontainer di wilayah Jakarta Utara. 

Kompol Adhie juga secara intens melakukan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah, ke depan setiap jalan berlubang akan segera diperbaiki.
Program dan rencana boleh-boleh saja berjalan. Faktanya, jumlah korban jatuh dari tahun ke tahun tetap  bertambah.

”Jumlah 96 tewas dalam kurang dari setahun dan peristiwa terbaru 2 wanita tewas hanya selang 1,5 jam adalah sebuah tragedi,” jelas Jumadi, biker yang sering mondar-mandir di jalur ini.

“Kepolisian ataupun pemerintah setempat sepatutnya bergerak jauh hari dan mencari akar permasalahan yang ada dan membuat infrastruktur untuk mencegah hal ini terjadi,” tegas Jumadi lagi.

Bagi MOTOR Plus, jalur ini termasuk tambang emas perekonomian Jakarta maupun Indonesia umumnya. Pajak yang masuk kepada pemerintah pastinya sangat banyak dan bukan alasan untuk tidak bisa membuat infrastruktur yang mumpuni guna melindungi pengguna motor. Kanalisasi atau pemisahan kendaraan besar dengan motor merupakan usaha yang patut dihargai.

Yang jelas di sisi pengendera, pemisahan paling ideal adalah kanalisasi untuk pengendara di jalur kiri. Mustahil pemerintah tidak memiliki dana untuk membuat infrastruktur itu.
Bukan begitu?

Segera pisahkan mereka!
Apa Yang Di Lihat Pengemudi Truk Dan Pengendara?

Natsir, pengemudi truk yang sudah 25 tahun menjalankan profesinya di wilayah ini ingin sharing dengan para pengendara. “Di ruang kemudi, jarak antara kaca pantau terbawah dengan tanah setinggi pria dewasa yakni sekitar 170 cm. Artinya motor tidak terlihat jika terlalu dekat dengan truk,” kata Natsir.

Manuver motor tiba-tiba, tidak mampu diantisipasi  supir truk apalagi yang bermuatan sampai 40 ton. Di sisi pengendara beberapa hal patut digarisbawahi. Benda besar kadang sulit dirasakan jika ia melakukan deselerasi  mendadak ataupun bertahap. Menjaga jarak adalah sesuatu yang  harus dilakukan motoris. Jika terlalu dekat, pengendara tidak sempat lagi melakukan antisipasi jika truk atau bus berhenti atau mengurangi kecepatannya.

Begitu juga saat berhenti berdampingan. Pengendara harus tahu betul jika supir truk tidak tahu keberadaan mereka. Jadi harus tetap waspada. Satu hal lagi. Kondisi jalanan  adalah faktor paling penting. Saat ada di zona jalanan rusak dan banyak truk besar, sadarilah bahwa maut senantiasa mengintai. Seperti yang dialami oleh dua pengendara yang tewas akibat kecelakaan. Keduanya merupakan boncenger.

Linda Heryawati dibonceng suaminya sedangkan 2 kakak beradik dibonceng ayahnya saat dijemput dari sekolah. Ketika masuk jalan rusak, si boncenger terpental dan jatuh di sisi kanan.  Sebisa mungkin ini ditanamkan di benak kita, karena jika terjatuh, kecil kemungkinan truk besar bisa menghindar. Ia akan menggilas tanpa dirasakan oleh supir truk di ruang kemudi. Jadi waspadalah!     (motorplus-online.com)