Deteksi Gejala Dini Rusaknya Spidometer Toyota Kijang Innova

billy - Kamis, 25 November 2010 | 14:17 WIB

Deteksi Gejala Dini Rusaknya Spidometer Innova (billy - )

OTOMOTINET - Sebuah surat elektronik sempat mampir ke inboks redaksi. Datangnya dari Eko Sarjono di Taman Aries, Jakbar. Dalam isi suratnya, beliau mengeluhkan gejala aneh yang dialami pada Toyota Kijang Innova V 2005 miliknya.

“Ketika melaju di jalan tol, tiba-tiba jarum spidometer bergerak tidak stabil. Kemudian saya berhenti sejenak di rest area dan mesin saya matikan. Saat melanjutkan perjalanan, saya perhatikan jarumnya kok tidak bergerak sama sekali. Bahkan di tengah perjalanan, tahu-tahu lampu indikator check engine menyala,” begitu kira-kira sebagian isi surat elektronik dari Eko.

Berbagai spekulasi pun muncul mengenai penyebab ngadatnya jarum spidometer itu. Apakah kemungkinan berasal dari sensor kecepatan di girboks yang sudah kurang bagus, atau adakah kemungkinan lain? “Coba saja dibawa ke sini, nanti dibongkar buat dilihat kira-kira di mana masalahnya,” ujar Wira Sentosa, pemilik gerai SACS di Pondok Gede, Jaktim.

Urusan bongkar membongkar spidometer memang sudah jadi kegiatan harian Wira dan kakaknya, Vincent di SACS. Uniknya, ketika menyambangi gerainya di sekitar Pasar Pondok Gede, ada beberapa unit spidometer yang sedang dikerjakan. 

Digital
Menurut Wira dan Vincent, spidometer Innova sudah menganut sistem digital. Jadi, tidak ada hubungan mekanis antara girboks dengan panel instrumen berupa kabel pemutar spidometer. Semua pergerakan indikator terjadi secara elektronis. Lantas bagaimana gejala seperti yang dialami Eko bisa terjadi?

Sebelum bergumul lebih lanjut dengan spidometer Innova, mari kita telaah sedikit mengenai panel indikator digital. Yang dimaksud digital di sini adalah sistemnya, bukan tampilan. Jadi, spidometer bisa saja tampak berupa jarum yang bergerak dan menujuk pada angka untuk memberikan informasi nilai kecepatan maupun putaran mesin, juga temperatur mesin dan level bahan bakar.

Terbayang kan, sekarang kalau bentuknya bisa saja analog alias berupa jarum dan bukan tampilan digital berupa tampilan angka yang berubah-ubah. Namun untuk menggerakkan jarum tadi, dikontrol secara elektronis.

Saat ini, bisa dibilang kalau hampir semua mobil memakai sistem ini. Kalau diperhatikan unit panel indikator, tidak ada lagi kabel mekanis yang terhubung dengan girboks. Semua yang menyempel hanyalah soket-soket elektronis yang membawa sinyal maupun setrum buat menghidupkan panel indikator.

Beberapa kejadian ganjil pun bisa terjadi pada panel indikator ini. Seperti yang dialami Eko atau lebih parah lagi. “Biasanya kalau hanya spidometer yang mati, masih bisa cuek. Tetapi kalau indikator bensin yang tidak bergerak, itu biasanya baru bikin panik.” papar Vincent.

Diperparah, karena model spidometer seperti ini tidak punya fitur reserve fuel terpisah seperti spido lawas. Maksudnya reserve fuel adalah lampu peringatan yang menyala kalau bahan bakar menipis.

Kalau ada spido lawas, pada sender meter bensin di tangki ada dua konstruksi. Yang pertama bertugas menujukkan jumlah bahan bakar aktual. Sedangkan yang kedua hanya akan aktif jika bensin sudah mulai habis. Maka menyalalah, lampu bergambar dispenser bensin di panel indikator.

Pada spidometer digital, memang ada lampu penunjuk bahan bakar tipis. “Tetapi hidupnya tergantung posisi jarum di spidometer. Nah, kalau jarumnya tidak bergerak, begitu juga lampunya. Misal jarum berhenti saat bahan bakar penuh, lampu indikator tidak akan menyala meski bensin sudah habis. Sedangkan pada indikator lawas, meski jarum bensin tidak bergerak, lampu akan tetap hidup kalau sender lampu di tangki masih bagus. Karena sendernya terpisah dari penunjuk bensin.

Meski demikian, tidak semua spidometer punya potensi masalah yang sama. Khusus buat yang jarumnya tidak bergerak, memang bisa terjadi pada Innova. “Selain Innova, pernah juga terjadi pada Nissan Terrano,” lanjut ayah satu anak ini. 

Penulis/Foto: Manut / Dolok