Kabar terbaru, Kamis (26/1) pemerintah dan DPR akan membahas (merevisi, Red) pasal 7 UU APBN 2012 yang menyebutkan harga jual eceran BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan. Jika akhirnya menaikkan harga Premium yang disepakati, maka otomatis batal pula program pengalihan ke Pertamax. Dan sejak opsi menaikkan harga Premium mengemuka, hilang sudah gonjang-ganjing konversi ke BBG.
“Sejak awal kami juga belum tahu arahnya kemana dan detailnya seperti apa,” sahut Jongkie D. Sugiarto, Chairman I GAIKINDO, pekan silam, menanggapi soal konversi ke BBG itu. Jongkie mempertanyakan banyak hal sama seperti ketidakjelasan kita selama ini. Mulai dari soal teknis, garansi, penyediaan converter aftermarket, penyebaran SPBG hingga jenis BBG apa yang mesti dikonsumsi. Apakah CNG (Compressed Natural Gas) atau LGV (Liquified Gas for Vehicle) biasa disebut Vi-Gas.
Dalam situs Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dijelaskan LGV merupakan bahan bakar gas yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor yang menggunakan spark ignition engine terdiri dari campuran propane (C3) dan butane (C4).
Singkatnya, LGV merupakan LPG untuk kendaraan. Kualitas pembakaran LGV setara dengan RON 98 dan ramah lingkungan. Tekanannya berkisar antara 8-12 bar, jauh lebih kecil ketimbang CNG yang tekanannya mencapai 200 bar. Harga LGV lebih tinggi dibandingkan dengan BBM bersubsidi, tetapi lebih rendah dari harga BBM non subsidi.
Sedangkan Compressed Natural Gas (CNG) merupakan bahan bakar gas yang dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder. CNG memiliki tekanan 200 bar, dengan tangki yang lebih besar ketimbang LGV. Kebanyakan konsumennya transportasi umum. Harganya Rp 3.100 per liter setara Premium (lsp) dan rencananya akan dinaikkan menjadi Rp 4.100 per lsp.
Terhitung sejak 10 Januari 2012, PT Pertamina (Persero) menetapkan harga jual Vehicle-Gas (Vi-Gas) menjadi Rp5.600 per lsp.
Ketetapan harga baru tersebut menandai berakhirnya masa promosi harga bahan bakar itu sejak 2009. Saat ini, penjualan Vi-Gas melalui 10 SPBU Pertamina masih relatif rendah, yaitu sekitar 24.000 lsp per bulan. Pertamina berencana menambah SPBU yang bisa melayani penjualan Vi-Gas sebanyak sembilan unit dalam waktu dekat.
Soal safety masih diragukan
Kalau bicara mobil baru, apakah nantinya semua sudah terpasang converter kit BBG? “Bukan persoalan mudah. Kita tidak bisa pasang sendiri harus di-approve prinsipal. Dan itu tidak mungkin dalam waktu 3 bulan ke depan,” tambah Jongkie.
Sejumlah argumentasi ini tak muncul meski wakil menteri ESDM terus berpromosi mendukung program konversi dari BBM ke BBG.
Tidak ada yang salah dengan kebijakan tersebut. Siapa sih yang tidak mau mobilnya lebih efisien, pembakaran lebih sempurna, pengeluaran biaya untuk bahan bakar bisa irit, udara lebih bersih, namun apa daya jika sejumlah pertanyaan terkait seputar kesiapan infrastrukturnya, faktor keamanan, belum bisa dijawab tuntas. Dan apakah mobil-mobil keluaran terbaru nanti sudah dilengkapi converter kit BBG, juga belum bisa dijawab GAIKINDO. “Kalau saya mampu pakai Pertamax, kenapa harus pakai Vi-Gas,” timpal Jongkie. Setuju pak! Paling tidak hingga 2014 nanti. (mobil.otomotifnet.com)