Menurut manajemen Transjakarta Busway kendalanya karena banyak gangguan di jalan. Sedang menurut Masyarakat Transportasi Indonesia karena masih kekurangan armada bus untuk menuju angka ideal.
Antre BBG 2 Jam
Suatu ketika Astuti, seorang manajer sebuah bank ingin mencoba naik busway dari Blok M menuju Sarinah, Jl Thamrin Jakarta ke tempat kerjanya. Dia ingin mengikuti anjuran pemda meninggalkan mobil pribadi pindah dengan naik busway.
Namun apa mau dikata, hampir 30 menit busway yang ditunggu tak kuncung muncul di halte. Terpaksa menelepon sopirnya untuk kembali nyamperin di halte tempat menunggu untuk mengantarnya ke tempat kerja.
Keluhan semacam ini banyak diterima M. Akbar, MSc selaku Kepala Transjakarta Busway. Menurutnya, pihaknya saat ini berusaha terus memperbaiki agar Transjakarta bisa memenuhi keinginan masyarakat penumpang.
"Kami menyadari memang masih kurang, tetapi akan terus memperbaikinya. Kalau terjadi jeda yang agak lama antar busway dari halt eke halte bukan karena armdanya kurang melainkan banyak gangguan di jalan," ujar Akbar di kantornya kawasan Blok M, Jaksel.
Menurut Akbar, pasti banyak yang sudah paham kendala yang dimaksud. Paling utama tentu belum sterilnya jalur busway karena masih banyaknya pengendara mobil dan motor yang melintas. Itu sebetulnya kendala paling utama. Karena itu kemudian Dinas Perhubungan selaku induk dari Transjakarta berkoordinasi dengan pihak polisi untuk menstelirkan jalur busway.
Karena itu, lanjut Akbar, kalau ekspektasinya seperti MRT di Singapura yang jedanya sekitar 2 menit dan tepat waktu memang masih belum bisa dilaksanakan. Tapi bahwa setelah sterilisasi makin gencar dilakukan durasi antarbus semakin dekat.
"Dalam hal ini saya sekalian menghimbau kepada masyarakat untuk menggunakan jasa busway tetapi jangan diambil jalurnya," lanjut Akbar menirukan stiker yang dipasang di pintu belakang Transjakarta Busway.
Kendala lainnya karena masih minimnya stasiun pengisian BBG. Seperti diketahui guna meminalisasi polusi udara, seluruh bus transjakarta memakai bahan bakar gas. Namun untuk bisa mendapatkan pengisian gas tersebut, bus harus mengantri sekitar 2 jam. Tentu saja ini sangat tidak efisien dan menjadi kendala tersendiri. Padahal proses pengisian hanya sekitar 3-5 menit.
"Selain itu juga sempat ada permasalahan soal harga BBG ini. Semula PGN selaku pemasuk BBG untuk transjakarta mematok harga Rp 2.562,- per liter sedangkan Pertamina dengan harga Rp3.500,-. Kini harga sudah diseragamkan menjadi Rp 3.100,-.
Mudah-mudahan dengan langkah ini antrean menjadi pendek sehingga semakin memperlancar armada busway untuk mengangkut penumpang di ibukota," ungkap Akbar sembari mengatakan akan menambah armada dengan bus gandeng.
Idealnya, pada setiap koridor memiliki stasiun pengisin BBM sendiri. Sehingga tidak perlu harus ke stasiun pengisin BBG di Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Pemuda, Kampung Rambutan, Pesing, Pinang Ranti dan satu lagi stasiun BBG yang akan segera difungsikan.
Menurut Eris Mahpud, Direktur Operasional PT Mayasari Bakti, mestinya pihak Transjakarta bisa memanfaatkan momentum diberlakukannya koridor 9-10 untuk bisa mengangkut penumpang lebih banyak lagi. Karena jalur tersebut dikenal sebagai jalur gemuk.
"Caranya ya dengan memperbanyak pengangkutan penumpang dengan time table yang lebih pendek," ujar Eris.
Dengan lebih banyak dan durasi lebih pendek dari bus ke bus tersebut sebenarnya kan nilai ekonomis yang diharapkan bisa terpenuhi. Karena bisa mendapatkan lebih banyak pendapatan dari tiket penumpang. Namun hal itu belum dimaksilkan sehingga yang terjadi kemudian seperti terjadi kekosongan yang terlalu lama jeda bus satu ke bus lainnya.
Dari kacamata Darmaningtyas, Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, bahwa transjakarta sebagai salah satu untuk mengatasi kemacetan masih sebatas konsep yang bagus. Sebab memang banyak sekali kendala dialami di lapangan.
"Busway hanya sedikit lebih cepat dengan bus regular. Lebih aman karena tidak ada lagi pengamen. Namun soal nyaman, masih harus diuji lagi," ujar Darmaningtyas.
Menurut Tyas, kurang sependapat kalau dibilang armada bus yang ada telah mencukupi. "Saya kira masih kurang dari idealnya. Sebab mestinya perhari itu dengan dengan 700 trip, namun sekarang baru 500 sekian. Nah, bagaimana untuk memenuhi kekurangan trip itu ya dengan menambah armada bus lagi," lanjutnya.
Busway juga dinilai belum seperti konsep awal yakni bisa mengantar penumpang sesuai schedule alias tepat waktu. Kendalanya soal jalur yang belum clear karena masyarakat pengendara mobil dan motor masih suka nekat menerobos.
"Nah bagaimana agar bisa tepat waktu? Sebaiknya dibuat time table yang ketat dan ditambah armada busnya agar mencapai angka ideal," sebut Darmaningtyas. (mobil.otomotifnet.com)