Setelah sebelumnya ada kemapanan duet kembar Avanza-Xenia, maka sekarang mulai bermunculan peserta baru lainnya, mulai dari Suzuki Ertiga, Chevrolet Spin, juga Datsun GO+ dan terakhir Honda Mobilio.
Semua saling adu nyaman dan adu kuat, baik dari segi fitur yang ditawarkan, sampai rancang bangun dari mobil itu sendiri. Maklum, dengan biaya produksi yang terbatas, tentu saja konsumen harus jeli mana mobil tujuh penumpang disegmen bawah ini yang sesuai, sekaligus nyaman dan juga aman, selain tentu saja harga murahnya.
Secara umum, beberapa jenis rancang bangun low MPV di Indonesia bisa dilihat dari rangka body monocoque dan semi monocoque. Kedua rancang bangun tersebut juga mempengaruhi pilihan penggunaan sistem penggerak roda, di depan (Front Wheel Drive) atau dibelakang (Rear Wheel Drive).
Sistem Penggerak Roda jadi Penentu Kenyamanan
Sebenarnya, penggerak roda tidak hanya di depan dan belakang saja, tapi ada juga yang versi penggerak semua roda (All Wheel Drive). Namun, untuk segmen low MPV, rasanya sangat tidak mungkin mengaplikasikan sistem penggerak 4 roda, karena banyak pertimbangan teknis, dan tentu saja biayanya yang mahal.
Sehingga, khusus low MPV di Indonesia, dari semua peserta yang sudah disebutkan diatas, rata-rata menggunakan sistem penggerak roda depan atau belakang. Sistem ini tentu mempunyai kelebihan masing-masing. "Masing-masing punya kelebihan, dan kami memilih penggerak roda belakang (Toyota Avanza), karena kami anggap lebih tangguh dan sesuai untuk medan di Indonesia," ujar Dadi Haryadi, Manager Technical Service Toyota Astra Motor.
Sementara Suzuki, dengan jagoannya Suzuki Ertiga memilih sassis monocoque dan sistem penggerak roda depan. "Agar bobot mobil lebih ringan dan kami harapkan berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar yang lebih efisien," ujar Direktur Sales Suzuki Indomobil Endro Nugroho.
Plus Minus Penggerak Roda Depan dan Belakang
Kendaraan yang menggunakan sistem penggerak roda depan biasanya jauh lebih ringan sehingga cenderung irit pemakaian bahan bakar. Namun mempunyai keterbatasan saat melakukan manuver seperti menikung atau parkir. Mobil FWD membutuhkan radius putar yang lebih luas sehingga kenyamanan kendaraan ini membutuhkan infrastrukur jalan yang lebih luas.
Sedangkan low MPV berpenggerak roda belakang memang jauh lebih berat sehingga pemakaian bahan bakar tidak terlalu irit. Namun mempunyai kemampuan manuver yang lebih lincah sehingga cocok untuk pemakaian ke luar kota maupun dalam kota.
Dibandingkan dengan low MPV berpenggerak roda depan yang menggunakan pull system, low MPV berpengerak roda belakang yang menggunakan push system terasa lebih sesuai dengan infrastruktur jalan.
Biasanya, mobil berpengerak roda depan juga rentan kaki-kakinya, terutama yang bagian depan, terkait dengan beban berat yang harus ditanggung, yaitu sebagai penggerak dan sebagai pengarah (steer). Jadi beban kaki-kaki depan mobil FWD lebih ekstra dibandingkan mobil RWD yang hanya menanggung beban pada kemudi.
Kalau melihat kondisi jalan-jalan di Indonesia yang masih beragam dan tidak sebagus negara-negara maju, tentu saja mobil berpenggerak roda belakang jauh lebih nyaman dan tangguh dalam menghadapi berbagai kemungkinan medan jalan.
Bobot low MPV berpenggerak roda belakang yang lebih berat, mengharuskan rancang bangun mobil ini lebih membutuhkan durability dibandingkan mobil berpenggerak roda depan.
Tak heran kalau secara umum daya tahan mobil RWD diakui lebih baik karena menjadi salah satu faktor pertimbangan utama dalam rancang bangunnya.
Dan karena mobil penggerak roda depan tidak membutuhkan as kopel dan garden, sehingga bobot kendaraan bisa lebih ringan, membuat tuntutan durability dalam rancang bangunnya tidak terlalu tinggi.
Sebagian besar konsumen mobil MPV juga menjadikan ground clearance sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih mobil. Konsumen cenderung memilih mobil dengan ground clearance yang lebih tinggi, agar leluasa melintas jalan jelek dan genangan air banjir.
Pilihan Rangka Body untuk Ketahanan
Kecenderungan konsumen tersebut tampaknya juga berpengaruh pada disain rangka body kendaraan MPV di Indonesia. Rata-rata mobil MPV yang disukai konsumen adalah yang menggunakan sistem rangka semi monocoque yang masih menggunakan chassis. Bodi mobil dengan sistem ini lebih kuat dan ground clearance lebih tinggi.
Keberadaan chassis dalam rangka body semi monocoque juga membuat durability mobil semakin tinggi karena segala guncangan yang terjadi saat dalam perjalanan diredam dulu pada chassis.
Ini juga membuat tingkat kebisingan di kabin mobil semi monocoque jauh lebih rendah dibandingkan mobil dengan rangka monocoque. Namun di sisi lain, harus diakui rangka body dengan sistem monocoque lebih memberikan kenyaman pada interior.
Nah, diluar pilihan desain, dan harga, yang keduanya tergantung pada selera dan kemampuan masing-masing orang yang memang berbeda, namun rancang bangun mobil-mobil Low MPV juga patut menjadi pertimbangan, mengingat yang akan dibawa tidak hanya kita dan barang saja, tapi juga keluarga. (mobil.otomotifnet.com)