Jakarta - Ditemui secara khusus (21/1), Davy J. Tuilan sebagai 4 W Sales, Marketing and DND Director PT Suzuki Indomobil Sales, menjelaskan sejumlah rencana strategis Suzuki dan dinamika pasar mobil baru tahun ini. Berikut nukilannya.
Tahun ini kondisi bisnis otomotif masih belum menggembirakan, namun Suzuki seperti gas pol mengawali 2016 dan akan terus merilis mobil baru di tahun ini.
Sebenarnya, kalau dibilang gas pol enggak juga. Ambil contoh seperti Ertiga Dreza yang launching awal tahun. Karena schedule-nya memang begitu, (mulai) preparation, (persiapan) produk yang targetnya memang di Januari.
Namun sebenarnya memang untuk meluncurkan sebuah produk kami (inginnya) as soon as possible. Apakah hal itu tidak kontra produktif dengan daya beli konsumen yang disebut-sebut masih belum pulih tahun ini?
Soal daya beli kalau dibilang kurang menjanjikan menurut Suzuki itu kurang firm, karena di 2015 berdasarkan diskusi kami dengan sejumlah pakar ekonomi yang terjadi adalah menahan atau penundaan pembelian. Oleh karena itu kita harapkan di 2016 bisa kami pakai sebagai momentum (menumbuhkan animo).
APM lain kan juga hendak melakukan hal serupa. Setelah sekian lama menunda pembelian, ditambah kondisi ekonomi tahun lalu yang kurang menggembirakan, apakah konsumen yang akan mulai membeli mobil akan memilih produk yang kelasnya sama atau turun kelas?
Kalau menurut saya, melihat karakteristik pasar Indonesia, jarang sekali turun kelas ketika hendak melakukan pembelian mobil. Jika mereka memutuskan untuk menunda pembelian sebelumnya sangat kecil kemungkinannya turun kelas. Hal yang lebih sering terjadi malah upgrade.
Karena setiap segmen mobil akan selalu berganti calon konsumennya tiap periode, apakah dayabeli mereka yang membeli satu model tertentu akan tetap bisa mengejar model terbaru dari mobil yang sama di lain waktu?
Enggak bisa mengejar, entah untuk 10-15 tahun lagi, oleh karena itu setiap pemain otomotif roda empat selalu berusaha meng-create setiap segmen yang ada di bawahnya. Kecepatan peningkatan income akan selalu ketinggalan dibandingkan peningkatan harga mobil.
Ini pula yang kemudian memunculkan segmen baru yang disebut LCGC. Kalau memang LMPV harganya sudah semakin meninggi namun peminatnya tinggi, inikah yang menjadi awal dari munculnya isu soal LCGC 7-seater?
Pasti, menurut saya isu soal LCGC 7-seater itu bukan terjadi karena strategi. Kalau bisa ada di semua segmen SUV, MPV, bahkan sedan pernah ada. Kalau di Indonesia spesifikasi 7-seater bisa masuk di semua segmen. Dan peluangnya memang ada.
Bisa (dibilang 7-seater itu magic word. ) Bagaimana dengan Wagon R 7 seater? Tahun 2013 kami pernah men-display WagonR 7-seater. Tapi itu hanya untuk kebutuhan studi. Kami mencoba untuk melihat 5- seater dan 7-seater itu perceived value-nya berapa?
Misalnya kalau yang 5-seater itu harganya Rp 100 juta maka yang 7-seater itu kenaikan harganya berapa yang bisa dikomentarin responden. Apakah ada kemungkinan dilaunching tahun ini? Yang jelas tahun tahun ini belum meluncur. Yang jelas studi tetap berjalan terus. Kalau kami maunya memang sesegera mungkin.
Suzuki sebenarnya termasuk pionir di sejumlah segmen, seperti SUV maupun city car. Apakah ada rencana strategis untuk menghadirkan produk yang bakal jadi pemain utama di segmen itu?
Untuk Grand Vitara kami mempertimbangkan untuk masuk ke Indonesia. Ada sejumlah pilihan, ada Vitara Brezza di pasar India, kita juga punya New Grand Vitara yang mostly dipasarkan di pasar Eropa. Jadi ada beberapa pilihan, kami masih mempertimangkan mana yang lebih menarik karena dua-duanya punya desain yang menarik.
Suzuki termasuk salah APM yang punya pabrik dengan kapasitas produksi besar. Bagaimana optimalisasinya saat ini? Saat ini kapasitas produksi pabrik yang ada di Cikarang (Jabar) 5.000- 6.000 unit per bulan. Untuk sementara kapasitas itu masih mencukupi, karena belum semua area yang ada dibangun unit produksi.
Selain itu masih ada pabrik Suzuki yang di Tambun (Bekasi), untuk memproduksi APV, Carry, dan Futura. Untuk sementara kapasitas produksi pabrik yang ada masih mencukupi untuk mendukung mobil yang diproduksi di Indonesia.
Tagline ‘irit’ apakah masih dipertahankan oleh Suzuki? Masih, apalagi sekarang isu minyak bumi semakin langka dann pemerintah akan lebih membuat masyarakat lebih mandiri dalam mengonsumsi BBM.
Hal yang kedua, soal irit sangat berkaitan dengan emisi gas buang. Makin minim emisi gas buang maka bagaimana membuat mesin yang irit, enggak usah bicara soal Euro 3 atau Euro 4 dulu. Nah, isu irit tidak akan pernah berhenti menjadi salah satu nilai jual suatu produk.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa mobil itu berkaitan dengan cost of ownership. Itu bisa dilihat dari porsi penjualan mobil LCGC di 2015 yang sebesar 16 persen dari total market.• (otomotifnet.com)