Tanggapan Industri Indonesia
Enggak Bisa Dalam Semalam
Jakarta - Tiap negara memang memiliki karakteristik pasar masing-masing. Thailand yang dominan double cabin, lalu Malaysia yang lebih banyak Sedan, kemudian Indonesia yang mayoritas LMPV. Artinya, di mana permintaan pasarnya tinggi, maka otomatis industrinya akan mengikuti. Nah dalam konteks mengejar ketertinggalan dengan Thailand, tentu banyak parameter yang mesti dibenahi.
“Daya saing kita sudah mulai menyamai. Regulasi pemerintah terkait kemudahan investasi mulai dibenahi, begitupun dengan infrastruktur. Memang enggak bisa dalam waktu semalam kita mengejar Thailand, tetapi optimis pasti akan tercapai,” terang Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Purna Jual PT Honda Prospect Motor.
Hal ini cukup beralasan, mengingat industri otomotif Thailand sudah lama established. “Saya pikir saat ini kita berupaya dulu memenuhi pasar domestik. Jika pasar domestik terpenuhi maka selanjutnya orientasi ekspor,” lanjutnya ketika dihubungi. Besarnya pangsa pasar mobil di dalam negeri tentu menjadi peluang bagi investor industri otomotif. “Kita terbesar di ASEAN. Kita harus realistis, kita kerja keras untuk mengejar. Sambil berjalan menunggu kemantapan infrastruktur, kita fokus memenuhi pangsa pasar domestik dulu,” urainya lagi.
Terkait dengan demand atau permintaan pasar, Jonfis setuju bahwa demand bisa diciptakan. “Iya demand bisa diciptakan, misalnya mobil LCGC, itu kan diciptakan. Tetapi ya itu dia, seberapa besar pasarnya,” imbuhnya. Masih menurutnya, bagi Honda ada tiga kawasan di Asia yang menjadi base produksi. “Pertama adalah Indonesia, kedua Thailand dan Ketiga India. Masing-masing dijatah untuk memproduksi 200- 300 ribu unit per tahun,” bebernya. • (otomotifnet.com)