Pemakaian Kampas Rem Mobil Matik Dua Kali Lebih Boros

Parwata - Selasa, 3 Mei 2016 | 08:07 WIB

(Parwata - )

Jakarta - Berkendara dengan mobil transmisi otomatis pasti menyenangkan. Terutama jika di daerah padat lalu lintas seperti Jakarta dan kota besar lainnya. Istilah ongkang-ongkang kaki benar-benar terjadi. Tapi, di balik istirahatnya kaki kiri tersebut tersimpan biaya yang wajib dikeluarkan, paling tidak dua kali lebih mahal dibanding transmisi manual.

Apalagi kalau bukan perkara borosnya kampas rem. Sebaik apapun pengendara, mobil transmisi otomatis pasti lebih cepat habis dibanding versi manual. Angka atau tingkat cepat habisnya juga terbilang mengesankan. “Kira- kira setengahnya atau lebih dari yang manual. Tergantung dari cara nyupirnya,” ucap Iwan Abdurahman, kepala bengkel Toyota Sunter.

Contoh pada Toyota Avanza. Kampas rem yang standar dihargai Rp 455 ribu untuk depan, sedangkan belakang Rp 330 ribu. Jika dalam versi manual, baru akan penggantian sekitar 50 ribu, maka di versi otomatis sudah harus ganti kira-kira 30-35 ribu kilometer. Beban yang dikeluarkan jadi lebih besar. O iya, patut dicermati juga, dalam manual book, contohnya Toyota Avanza, tidak ada klausul penggantian kampas rem dalam pemeriksaan rutin. Yang ada hanya pemeriksaan saja.

“Penggantian akan disarankan jika memang sudah waktunya,” tambahnya. Bagi yang masih bingung kenapa hal ini terjadi, ternyata ada beberapa faktor yang mampu memicu kejadian tersebut. • (otomotinet.com)

Menahan Rem

Kalau berhenti hanya sekitar 5 detik sih mungkin tidak terlalu masalah, tapi kalau sudah lebih dari itu, akan menjadi masalah. Ketika berhenti di lampu merah dan transmisi berada di posisi D,  inilah yang menyebabkan kampas rem cepat habis. Sebab, dengan posisi D, berarti mesin, transmisi dan roda siap untuk bergerak, tapi kenyataannya ditahan oleh rem. Kinerja rem akan berat menahan beban mobil supaya tidak maju. Dan saat maju, gesekan yang terjadi antara cakram dan kampas rem terlalu berat. Masih beruntung kalau majunya pelanpelan, akan lebih cepat habis jika langsung tancap gas.

Beban Tinggi

Maksudnya di sini bukanlah beban bawaan mobil, tapi lebih kepada rem itu sendiri. Pada mobil otomatis bebannya sangat tinggi. Sebab, setiap akan bergerak, pasti dan wajib menginjak pedal rem. Contoh, saat dari posisi P akan posisi manapun wajib injak pedal rem. Dengan demikian, terjadi singgungan antara kampas rem dengan cakram. Atau ketika dari posisi D ke R, maka pedal rem juga ikut diinjak. Lagi-lagi menghasilkan singgungan meski kecil dan sebentar.

Rem Diinjak Saat Berjalan

Memang agak sulit untuk hal yang satu ini. Saat berada dalam kemacetan atau mengantri tapi mobil tetap berjalan, pedal rem mobil otomatis pasti diinjak. Untuk antisipasi supaya kecepatan mobil tidak tinggi. Karena kalau rem dilepas, mobil akan cenderung melaju kencang. Dengan mobil yang tetap bergerak dan rem diinjak berarti ada gesekan. Inilah yang membuat kampas rem di mobil otomatis cepat habis. Bukan saja saat berjalan maju, ketika mundur juga tetap diinjak. Pada mobil transmisi manual, menjaganya pakai injakan pedal kopling, di transmisi otomatis pakai rem.

Posisi Netral

Selain beban yang tinggi, pengendara mobil matik juga jarang nyicil rem. Maksudnya, jika sudah terindikasi akan terhalang lampu merah, masih banyak yang melakukan pengereman mendekati posisi berhenti. Ini sebenarnya membuat rem bekerja keras. Pada pengendara mobil manual, kebanyakan sudah menetralkan posisi transmisinya jika terlihat akan terhadang lampu merah dan mulai melakukan pengereman, sampai akhirnya berhenti.

Sebenarnya, metode ini bisa ditiru. “Cukup gampang kan, tinggal dorong saja ke posisi N dan mulai rem. Jangan sudah dekat baru injak rem,” komentar Iwan. Dengan metode ini, kampas rem dengan cakram memang tetap bergesekan, tapi daya tekannya tidak terlalu kencang jika melakukan pengereman mendekati lokasi berhenti. Meski begitu, harga kampas tak seberapa dibanding unsur keselamatan yang dimilikinya.