Indonesia Sudah Bisa Bikin Mobil Nasional!

Parwata - Selasa, 31 Mei 2016 | 22:58 WIB

(Parwata - )

Jakarta - Sejatinya, industri mobil di Indonesia sudah dimulai evolusinya sejak era colonial Belanda. Ya, tercatat sebuah pabrik yang bernama NV General Motors Java Handel Maatschappij (NV GMJHM) berdiri pada tahun 1938.

Pabrik itu dibangun di kawasan Tanjung Priok, Jakut. Usia operasionalnya memang pendek.  Tahun 1942 harus ditutup karena Perang Dunia II. Setelah beroperasi lagi tahun 1946, GM Overseas Operation harus mundur dari Indonesia lagi tahun 1953.

Kisah tadi sebenarnya merupakan satu rangkaian dari sejumlah tonggak industri modern yang pernah berdiri di Tanah Air sejak abad ke-18.

Tepatnya yang dimulai di industri pengolahaan gula. Jadi sebenarnya, common sense akan sebuah industri sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dalam dunia otomotif, hal itu bisa ditengok saat masa dunia karoseri merebak sejak awal dekade ’70-an hingga pertangahan dekade ’80-an.

Pernah ada tak kurang dari 350 perusahaan karoseri di Indonesia. Itu juga sebenarnya sudah jadi bukti bahwa tahapan rancang bangun sudah dilewati. Sayang, masuknya era full pressed body pada akhir dekade 80-an membuat unsur kreatifitas rancang bangun mobil praktis hilang. Padahal begitu banyak desain berikut mutu penggarapan mobil yang bagus.

Kemudian semua unsur kreatif tadi harus menyingkir atas nama standarisasi mutu. Meski tak kemudian mati, kemampuan itu kini hanya dari sektor kendaraan komersial berupa bus maupun angkot.

Itu yang kemudian membuat banyak pihak juga merasa tetap perlu menjaga asa kemampuan rancang bangun. Dan itu bukan hanya saat era eforia mobil Esemka saja.

Kondisi ini yang kalau mau jujur kondisinya sudah bisa dilanjutkan oleh industri otomotif di Tiongkok saat ini. Platform pakai model merek A, mesin pakai merek B, dan sistem elektronik pakai buatan merek C.

Begitu seterusnya. Hal yang sebenarnya juga jamak dilakukan oleh pabrikan utama dunia saat ini. Berbagai pemasok produk maupun komponen menyatu dalam satu merek mobil.

Beruntung, asa untuk membangun mobil karya anak bangsa tetap ada. Meski kondisinya masih dijepit oleh keberadaan produsen dunia yang mendominasi proses produksi sampai tingkat pemasok.