Jakarta. Seiring dengan wacana pengaplikasian Euro 4 sebagai standar emisi baru di tanah air, para pelaku usaha transportasi juga sudah mulai memikirkan alternatif energi lain untuk menghidupi operasional armada mereka. Tidak terkecuali bagi PT Blue Bird Tbk yang merupakan salah satu operator taksi terkemuka di Indonesia.
Beberapa alternatif pilihan bahan bakar pun tersedia untuk menggantikan bensin konvensional yang selama ini menjadi andalan. Di antaranya adalah bahan bakar solar alias menggunakan mesin diesel seperti di negara tetangga atau tetap menggunakan mesin bensin namun di konversi untuk dapat menenggak gas bumi alias Compressed Natural Gas (CNG).
Soal pilihan pertama, 'Burung Biru' tidak memilihnya karena sejumlah alasan.
"Yang paling utama adalah belum ada satupun APM yang sudah siap menyediakan unit khusus taksi bermesin diesel," ungkap Sigit P Djokosoetono, Direktur PT Blue Bird Tbk saat peresmian fitur non-tunai di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (7/9).
Selain faktor tersebut, ketidakstabilan kualitas solar juga biaya maintenance yang dinilai lebih tinggi menjadi alasan mengapa mesin bertorsi badak ini terpaksa harus diabaikan.
Lain halnya dengan taksi penenggak gas bumi atau CNG, taksi Blue Bird tidak menampik bahwa yang satu ini sedang dicoba. "Untuk mendukung program pemerintah yang menginginkan penggunaan energi biru, kami sedang menguji sejumlah kecil armada berbahan bakar CNG. Nantinya bila terdapat hasil yang positif, bukan tidak mungkin akan diaplikasikan ke seluruh armada kami," tukas Sigit.
Selain pengujian armada, ia bersama dengan tim Blue Bird juga sedang mempelajari tentang suplai bahan bakar CNG ini. "Ada di mana saja ketersediaan stasiun pengisian bahan bakarnya, kemudian juga kerja sama dengan stasiun pengisian yang sudah ada," tutupnya.