Jakarta – Mobil-mobil F1 dijuluki sebagai jet darat. Ini karena kecepatan dan gaya G yang mampu dihasilkannya. Perkembangan safety juga tidak ada habisnya menjadi bahan pembicaraan. Sayangnya, masih ada celah yang dianggap kurang dari sisi keselamatan. Yakni seputar kepala driver.
Dua kecelakaan fatal pada 2009. Menimpa Felipe Massa yang mengalami cedera serius kepalanya karena terbentur sistem suspensi yang terlepas. Serta juga insiden parah yang dialami oleh Henry Surtees, anak dari legenda MotoGP dan F1, John Surtess.
Atas dua kecelakaan ini, pihak F1 bekerja sangat serius untuk terus mengembangkan perangkat keselamatan.
Dalam pengembangan, baik melalui computer dan uji coba di lintasan, telah dihasilkan dua perangkat. Yakni ‘halo’ dan juga berupa windscreen. Sampai saat ini, ‘Halo’ yang banyak di coba. Seperti Lewis Hamilton dan Fernando Alonso yang melakukan pengetesan saat GP Singapura silam.
Namun, perangkat yang terus uji coba ini ternyata masih menghasilkan beberapa titik perhatian. Seperti tingkat visibilitas dari pengendara dan juga berkaitan dengan kecepatan.
Cukup mengejutkan, karena masih ada tawaran sistem keamanan untuk balap F1 ini. Datang dari Enrique Scalabroni, desainer mobil balap untuk Ferrari, Williams, Dallara dan Peugeot Sport.
Pria asal Argentina ini menawarkan solusi supaya kejadian Massa dan Henry Surtees tak lagi berulang.
Perangkat tersebut ada dua dan bersifat aktif, yakni windscreen yang tepat berada di atas dengkul pembalap, serta penutup yang berada tepat diatas kepala driver.
Windscreen ini diharapkan mampu menghalau barang-barang apapun supaya tak mengenai kepala pengendara. Sementara, penutup yang ada diatas kepala juga dapat bergerak, sehingga efektif menghindari benturan pada helm.
Dalam rancangannya, windscreen ini bisa diaktifkan, baik secara elektrikal ataupun manual. Saat tak digunakan, maka akan ‘tersimpan’ dalam bagian moncong mobil, tepat berada diatas dengkul. Saat akan digunakan, maka bisa keluar.
Pria berusia 67 tahun ini sudah melakukan presentasi pada F1 Race Director, Charlie Whiting beberapa waktu lalu. Namun seperti belum ada titik terang dan tak digubris.
Terlihat dari pernyataan yang dikeluarkannya. “Pertemuan memang ada. Tapi tidak ada kejadian apa-apa,” sebut pria yang juga memiliki tim di GP2 ini.
Masih ingin berkontribusi di F1, alat ini juga ditunjukkan pada bos tim Red Bull, Christian Horner.
Namun, pria berkebangsaan Inggris ini justru menyerahkan semuanya pada FIA. “Itu merupakan konsep yang sangat menarik. Tapi lebih kepada FIA daripada terhadap tim,” ungkap Horner.
Selain sulit untuk melakukan pengembangan, ternyata juga sulit untuk mendapat pengakuan. (otomotifnet.com)