Ketika kompromi antara harus mengutamakan kenyamanan keluarga dan hobi, tercapai dengan senyum mengembang istri tersayang
Jakarta - Hobi Agung Widiatmoko dengan kendaraan ekstra-ceper sudah tak terukur lagi. Dulu, Toyota Kijang LGX keluaran 2003 miliknya pun nyaris nempel dengan aspal. Bahkan dulu kala, konstruksinya bisa dibilang pionir. Sebab tak sekadar memendekkan sokbreker atau per, tapi sasis yang dibuat turun. Jadi bisa dikatakan suspensi masih bisa ‘bermain’ untuk mengejar kenyamanan.
Kini, Honda Odyssey tipe Absolute lansiran 2004 yang jadi ‘mainan’ baru. Tipikal modifikasinya masih sama, namun berganti teknologi, sistem demi tampil mepet aspal pun beralih dengan air suspension. “Sengaja pilih Odyssey dengan kode bodi RB. Soalnya bodinya kan panjang. Jadi bisa disetel low banget. Ditambah pelek lebar dengan bibir pelek celong. Pasti keren,” ungkap pria berpenampilan trendy ini.
Alhasil, ketika dipakai jalan-jalan dengan istri kesayangan dan Enzo Widiatmoko, putra tercintanya. Rute Jakarta hingga Bandung pun dilibas tanpa bikin istri ngambek. Rio/otomotifnet.com
Suspensi
“Konsep awalnya VIP elegan. Makanya harus tetap fungsional karena tiap weekend selalu dipakai sama keluarga,” terang Agung. Makanya, pilih air suspension pun tak ingin yang merepotkan, alias cukup pakai keluaran D2 Deluxe dengan konfigurasi 2 titik. Enaknya, Odyssey RB1 bisa dibilang punya bodi paling rendah dari keluarga Odyssey lainnya. Makanya, ketika air sus disetel paling rendah. Tampilannya langsung mepet banget sama aspal.
Nah mengutamakan kenyamanan, Agung pilih air sus yang menang kit untuk Odyssey generasi ini. Jadi tak butuh banyak ubahan, plus sudah dilengkapi sokbreker coilover.“Tetap ada ubahan di bagian dalam sepatbor supaya ban bisa belok dan enggak mentok ketika ngayun,” terang pria yang tinggal di daerah Sunter, Jakut ini.
Roda
Bagian dalam sepatbor yang disobek tersebut rupanya dikarenakan Agung ingin pakai pelek berdimensi gambot. Pilihannya tak main-main, Euroline DH dengan lingkar 19 inci. “Cari yang offset-nya rata, terus model bibirnya yang low dish. Jadi maksimal,” ujar pria kelahiran 26 tahun lalu ini.
Alhasil, ketika dibalut ban Toyo dengan lebar tapak minimal, yakni 225/35 untuk depan dan 235/35 di belakang. Selain terlihat ‘narik’, ban jadi serasa celup dalam di sepatbor. Btw, apa ya rasanya punya mobil sependek ini? “Kelihatannya doang nyusahin. Odyssey ini tenaganya sekitar 200 dk. Saya pakai sepanjang Jakarta sampai Bandung lewat tol Cipularang yang bumpy, aman-aman saja kok. Masih tembus 100 kpj, plus full muatan di dalamnya,” urai pria berkacamata ini.
Data Modifikasi
Cat Brown Xirallic Gold by DeBeer, Pernis by DeBeer, Custom sepatbor, Pelek Euroline DH 19x 9+10 inci ET 25 (Low dish), Ban Toyo Proxes T1R Sport 225/35R19 & 235/35R19, D2 Deluxe package Air suspension Coilover (2 points), Head lamp Xenon 6000K, Fog lamp Xenon 3500K, Sein American Style (custom), Head unit Pioneer, Speaker depan Clif Design 6 inci, Speaker tengah Soundstream 6 inci, Subwoofer Xtant 10 inci 1 pc, Power amplifier A/D/S 4 channel, Interior full leather
Workshop: LA Custom (Body), YM Auto Wheels, Bogor (Kaki-Kaki) dan Radius Audio, Bandung (Audio System)
Plus: Walau pakai air sus tapi kenyamanan tetap terjaga
Minus: Interior masih banyak yang bisa ditingkatkan