Jakarta - Sudah baca Test Ride Yamaha Tricity 155 kan? Nah ulasan lebih dalam tentang suspensi depan Yamaha Tricity 155 berlanjut di sini ya... Untuk bisa menggerakan dua roda depan secara fleksibel, Yamaha menciptakan Leaning Multi – Wheel (LMW).
Sistem ini terbilang sederhana karena full mekanis, tidak seperti skutik premium Eropa yang dibekali perangkat elektronik sehingga salah satunya bisa tetap tegak saat berhenti dan dioperasikan secara otomatis.
Pada Tricity kaki tetap harus turun ketika berhenti, kalau tidak ya gubrakkk... Meski begitu, dengan teknologi yang sederhana, sensasi mengendarasi skutik three wheelers kini bisa dinikmati dengan harga yang lebih terjangkau.
Yamaha mengklaim dengan dua roda di depan, skutiknya ini memiliki banyak keunggulan karena traksi ekstra yang dimilikinya. Pertama, jarak pengereman bisa lebih pendek, jelas dong kan ada tiga roda yang mengerem bersamaan.
Kemudian mampu memberikan stabilitas saat menikung meski jalanan licin. Handling stability dan kenyamanan saat melewati jalanan tidak rata juga diyakini lebih baik. Lalu seperti apa cara kerja LMW? Nih, pemaparan teknologi Leaning Multi Wheel Yamaha Tricity 155! • (Fariz / otomotifnet.com)
Paralelogram Link
“Yang membuat motor ini bisa miring natural seperti motor 2 roda lainnya adalah Paralelogram Link, dan tidak ada sistem elektronik yang mengaturnya,” buka Agus Dimas, Technical CBU Model PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
Paralelogram Link ini berada di bagian atas suspensi yang bentuknya seperti bumerang dan terbuat dari aluminium. Link ini menggerakan komstir kanan dan kiri. Kedua komstir ini yang merupakan pemegang dua sokbreker di sisi kanan dan kiri yang terhubung langsung ke roda depan.
Tugasnya Paralelogram Link untuk menyesuaikan gerak dan kemiringan motor dengan kedua roda depannya. Caranya, dengan mensejajarkan dan menyesuaikan komstir roda kiri dan roda kanan dengan bodi motor yaitu komstir tengah. Jadi total ada tiga komstir pada motor ini, banyak ya? Hehee...
Misalnya, ketika motor belok ke kanan, maka roda depan sebelah kanan akan tertekan ke kanan. Agar roda kiri tetap menempel ke aspal, maka Paralelogram Link akan mendorong komstir sokbreker kiri dan roda kiri untuk turun menjangkau jalanan.
Link ini memiliki dua tingkat, yang pertama bagian atas menyambungkan bagian komstir utama di rangka dengan komstir kanan dan kiri tapi hanya dibaut sisi depannya saja. Sedangkan link bawah juga menghubungkan ketiga komstir tersebut tapi dibaut di sisi depan dan belakang. Agar seluruh geraknya natural dan tidak kaku setiap sambungan dibekali dengan bearing, jika dihitung ada 9 bearing pada Paralelogram Link ini.
Cantilever Telescopic Suspension
Selesai dengan link pengatur kemiringan, sekarang saatnya sedikit turun ke suspensi. Totalnya ada empat buah suspensi yang ditugaskan untuk meredam guncangan jalan. Dua di sisi kiri dan dua di sisi kanan, suspensi ini diberi nama Cantilevered Telescopic Suspension.
Jika tutup cakram dilepas terlihat kalau as rodanya berada di suspensi bagian belakang, sedang yang depan hanya mengikat di suspensi bagian belakang saja.
“Suspensi yang belakang dinamakan Main Tube isinya lengkap seperti suspensi standar ada per, oli dan piston. Sedang yang depan namanya Guide Tube isinya tidak ada per hanya piston dan oli saja tugasnya untuk meredam guncangan lebih baik,” lanjut pria berpostur tinggi ini.
Ketika suspensi dan Paralelogram Link bekerja bersamaan melewati kontur jalan tidak rata, mampu membuat motor terasa lebih stabil dan tidak banyak berguncang. Sehingga menambah kenyamanan berkendara.
Steering System
Untuk membuat roda ini bisa berbelok kanan dan kiri mengikuti arah setang, ada plat dari komstir tengah yang kemudian terhubung dengan link dengan ukuran yang lebih kecil yang menggerakan komstir kanan dan kiri. Uniknya ada satu baut yang bisa dikencangkan namun tidak bisa dilepas.
“Baut ini dinamakan One Way Bolt adanya di bagian link tengah yang menghubungkan gerak setang dengan kedua roda,” ujar Agus sapaan akrabnya. “Gunanya untuk unsur keamanan, karena kalau ada yang iseng sampai mengendorkan atau melepas baut ini maka kedua ban depan tidak akan bisa belok. Kalau mau lepas baut ini harus dihancurkan bisa pakai tang buaya,” tutupnya.
Pria ramah ini juga menegaskan sistem kemudi pada Tricity berbeda dengan mobil. Semua link dari komstir utama ke dua komstir lainnya dibuat fix jadi tidak perlu spooring seperti pada mobil.
Perawatan
Lalu bagaimana soal perawatan? “Tidak ada perawatan khusus untuk seluruh bagian ini. Juga tidak perlu spooring layaknya mobil, karena LMW ini fix. Kecuali memang terjadi kecelakaan, baru semuanya diperiksa kembali,” jelasnya.
“Pengecekan bisa tiap 2 tahun dengan mengecek komstir, bushing, dan bearingnya. Biasanya kalau ada kerusakan seperti terasa ada gejala oblak. Kalau memang tidak ada masalah ya tidak perlu dicek,” tambah Ridwan Arifin, Staf Service Education PT YIMM.