Jakarta - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi, yang diumumkan PT Pertamina (Persero), Kamis (5/1), tidak akan diikuti oleh jenis premium dan solar.
Hal ini ditegaskan langsung oleh Sekertaris Ditjen Migas Kementerian ESDM, Susyanto, dalam konfrensi pers di Kantor Staf Kepresidenan, Bina Graha, Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (6/1).
"Per 1 Januari kemarin sampai tiga bulan ke depan, tidak ada kenaikan BBM," jelas Susyanto.
Sementara itu, untuk kenaikan yang diumumkan oleh PT Pertamina (Persero) merupakan BBM umum, seperti Pertamax series, Pertalite, Pertamina Dex, dan Dexlite.
"Yang kita lihat sekarang, minyak tanah tidak naik tetap Rp 2.500, solar juga tidak naik tetap Rp 5.150 sebagai BBM tertentu, dan untuk BBM penugasan Rp 6.550 (Premium atau ron 88). Dan yang naik jenis BBM umum, kami contohkan dari Rp 7.750 per liter menjadi Rp 8.050 (Pertamax), serta dari Rp 8.750 per liter menjadi Rp 9.050 per liter (Pertamax Turbo), dan seterusnya sebagaimana diumumkan oleh Pertamina," pungkas Susyanto.
Sementara itu, meskipun kenaikan harga BBM umum ini mengikuti perkembangan meningkatnya harga minyak mentah dunia, namun menurut Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), dinilai manipulatif.
Artinya, harga BBM umum yang ditetapkan oleh Pertamina masih cukup tinggi dari harga dasar yang ditetapkan, dan hanya mengejar profit margin sebesar-besarnya, tanpa menyertakan perhitungan harga dasar yang transparan.
"Jika dikaitkan dengan harga MOPS (Mid Oil Plats Singapore) saat ini, yang hanya Rp 5.600 per liter untuk bensin RON 95, dengan kadar belerang 10 Ppm (Part per million), kenaikan harga ini masih manipulatif dan tidak transparan," jelas Ahmad Safrudin, Ketua KPBB.
Wah, apa benar harga bahan bakar di Indonesia kemahalan ya bro? (otomotifnet.com)