Tanpa mempertimbangkan impresi menyetirnya pun, kombinasi harga, desain, fitur dan ruang penumpang yang tersedia, membuat Koleos sangat pantas dipertimbangkan
Jakarta - Selain dominasi Honda CR-V, Nissan X-Trail dan Mazda CX-5, kini kontender dari Prancis pun mulai kembali mengibarkan benderanya di Indonesia. Say hello to Renault Koleos.
Generasi pertamanya mungkin tak memiliki amunisi yang cukup untuk membuatnya mendapat lirikan. Namun generasi keduanya yang dibawa PT Auto Euro Indonesia di Desember 2016 lalu jelas pantas diperhitungkan di kelas di bawah Rp 500 juta.
Apa alasannya? (Tim OTOMOTIF)
Desain
Menggunakan platform CMF hasil aliansi Renault-Nissan, Koleos jadi SUV Renault pertama yang mengikuti bahasa desain modern ala Talisman. Hal-hal kuncian seperti DRL C-Shape raksasa di depan dijamin selalu menarik perhatian di kala gelap, pun juga dengan lampu belakang yang memanjang.
Sedangkan meski desain interior tidak semencolok di luar, ambient lighting lengkap dengan 5 warna berbeda membuat kesan ala night club dan upmarket di dalam.
Performa & Konsumsi
Kakak dari Duster ini mengusung sumber tenaga yang sama dengan X-Trail, karakter mesin 4 silinder segaris, berkapasitas 2.488 cc-nya membuat torsi awal sangat kuat. Untunglah, karena sempat khawatir penggunaan CVT akan mengganggu tarikan awal dan ternyata hal tersebut sama sekali tidak benar.
Injak pedal gas dari diam, mudah saja membuat SUV berbobot kotor 2.101 kg ini melesat. Bahkan kickdown dari diam kadang membuat ban depan spin sesaat. Kelebihan utamanya, melaju di awal maupun berakselerasi, terasa halus dan nyaman untuk di perkotaan.
Soal konsumsinya, Renault jelas berhasil dengan angka ketika berjalan konstan 100 km/jam, hampir menyentuh 20 km/liter.
Namun badan lebih besarnya menunjukkan mengapa waktu 0-100 km/jam yang diperoleh 0,4 detik lebih lambat dari X-Trail 2.5, meski tetap cepat karena ada di bawah 10 detik.
Sayang, CVT X-Tronic yang berusaha menirukan karakter transmisi torque converter, dengan mensimulasikan penurunan rpm saat menyentuh putaran tinggi terasa terlalu artifisial. Pun transmisi ini membuat rasa engine brake sama sekali tidak ada, sehingga harus lebih sering memainkan pedal rem.
Kenyamanan & Handling
Koleos memiliki wheelbase yang sama dengan X-Trail, namun dimensi keseluruhan lebih besar, membuatnya perlu menyesuaikan seting kaki-kaki. Hasilnya, suspensi tidak selembut X-Trail atau se-refine rival seperti CR-V dan CX-5 ketika melewati jalan keriting, namun tetap cukup nyaman berkat profil ban tebal 225/60.
Sedangkan dari segi pengendalian, Koleos memang tidak dirancang fun to drive, karena feel setir yang terlalu ringan di kecepatan rendah sama sekali tidak terasa terkoneksi dengan aspal. Posisi duduk di jok depan terasa sangat dipeluk oleh support besarnya, apalagi headrest bisa ditarik ke depan untuk sandaran kepala yang lebih ergonomis.
Jok depan punya pengaturan elektrik, sayangnya kaki pengemudi akan sedikit terjepit ketika coba mengatur setir tilt & telescopic-nya. Di belakang, penumpang sangat dimanjakan dengan ruang kaki yang diuntungkan hilangnya jok baris ketiga dari X-Trail.
Fitur
Fitur yang disuguhkan termasuk menakjubkan. Kalau layar LCD TFT pada MID All New X-Trail sudah cukup keren, setelah melihat instrument cluster digital milik Koleos yang dapat diganti dari 4 tema dan 5 ambient lighting berbeda, rivalnya jadi terasa outdated.
Head unit R-Link 2 juga menyediakan berbagai pengaturan kendaraan hingga hal yang sangat mendetail, seperti 3 suara sensor parkir yang berbeda, setting warna yang dihasilkan kamera mundur, mengaktifkan wiper belakang saat mundur, hingga tingkat keterangan ambient light yang bisa diatur langsung dari layar sentuh 8,7 incinya.
Memang hal yang biasa di dalam BMW 7 Series, namun untuk sebuah Renault yang tidak sampai setengah miliar? Meski canggih, sayang pengaturan kecepatan kipas AC harus dilakukan dari layar yang sama, membuat sulit dilakukan ketika sambil menyetir.
Untung mengubah temperatur dual zone masih dilakukan dari kenop fisikal. Auto headlights Bi-LED, auto wiper dan EPB otomatis aktif saat tuas transmisi dimasukkan ke P jadi fitur standar. Yang kurang berguna justru cornering lights halogen yang cahayanya termakan lampu utama LED sehingga tak terlihat.
Sedangkan 12 speaker Bose terdengar sangat powerful, menjadi poin ekstra ketika jumlah speaker terbanyak yang dimiliki pesaingnya ‘hanya’ 9 buah. Oh ya, dua USB port, AUX input dan power outlet di jok tengah berarti Renault sangat mengerti kebutuhan penumpang yang sudah disediakan ruang kaki esktra di belakang.
Yang terkeren? Smart key yang terlihat seperti kartu tersebut membuat pengemudi tak perlu menekan tombol apapun untuk mengunci mobil saat keluar. Cukup tinggalkan mobil dan, ‘pip pip’, mobil terkunci sendiri ala-ala 007.
Data Spesifikasi:
Mesin: QR25DE 4-silinder segaris dengan multi-point injection dan Dual CVTCS
Kapasitas: 2.488 cc
Rasio Kompresi: 10 : 1
Layout Mesin: Mesin Depan Penggerak Roda Depan
Tenaga Maksimum: 130 dk @ 6.000 rpm
Torsi Maksimum: 233 Nm @ 4.000 rpm
Transmisi: CVT X-Tronic
Dimensi (p x l x t): 4.673 mm x 1.843 mm x 1.678 mm
Wheelbase: 2.705 mm
Radius Putar: 5,7 m
Ground Clearance: 210 mm
Sistem kemudi: Elecric Power Steering
Suspensi Depan: MacPherson Strut
Suspensi Belakang: Multi Link
Rem Depan/Belakang: Cakram Ventilasi/Cakram dengan ABS, ESC, EBA, EBD dan HSA
Ban: Nexen N Pris 225/60 R18
Kapasitas Tangki: 60 liter
Berat Kosong/Kotor: 1.540 kg / 2.101 kg
Harga: Rp 496.000.000 (on the road Jakarta
Data Tes:
0 – 60 km/jam: 4,7 detik
0 – 100 km/jam: 9,7 detik
40 – 80 km/jam: 4 detik
0 – 201 m: 11,3 detik
0 – 402 m: 17,1 detik
Data Konsumsi:
Dalam Kota: 9,1 km/liter
Luar Kota: 13,7 km/liter
Konstan 60 km/jam: 23,3 km/liter @ 1.100 – 1.300 rpm
Konstan 100 km/jam: km/liter @ 1.600 – 1.800 rpm