Jakarta - Pembalap era '70-an, Beny Hidayat masih ingat benar tempatnya berlatih membawa motor di seputaran Jakarta Pusat. “Waktu itu rutenya dari Hayam Wuruk, belok ke Pasar Baru lalu putar di depan Katedral dan lurus lagi ke arah jalan Gajah Mada,” ujarnya..
Kondisi lalu lintas di jalur tersebut pada tahun 60-an berbeda jauh dibandingkan saat ini. “Enggak sepi juga tapi yang jelas masih bisa dipakai buat ngebut,” lanjutnya.
Kala itu ia mengawali kegiatan balap di jalan dengan motor merek Puch. Namun puluhan tahun menggeluti dunia otomotif, mulai dari balap hingga menjadi petinggi sejumlah APM, kehidupan pria ramah ini malah akhirnya tertambat pada bidang seni lukisan.
Ya, kediamannya yang asri di bilangan Cilandak Jaksel, tergantung sejumlah lukisan dari pelukis papan atas. Sebut saja Afandi dan Lee Man Fong, tergantung mulai dari ruang makan, ruang keluarga, hingga kamar kerja pribadinya.
“Saya yang merawat sendiri lukisan-lukisan itu, sambil mengisi waktu,” ujar juara GP Motor Macau 1970 satu-satunya asal Indonesia itu.
Tadinya memang ada orang lain yang dimintanya untuk membersihkan lukisan-lukisan mahal itu. Namun perlahan ia mampu mengikuti tata cara perawatan lukisan yang baik dan benar.
“Belajar juga caranya lewat buku dan bertemu kolektor lukisan lain,” jelasnya lagi sembari menyebut kalau menangani sendiri lukisan seperti mengingat hal serupa saat balap dulu. “Kita bisa juga kilik mesin, biarpun ada mekanik juga,” pungkasnya sambil tersenyum. eRIE/otomotifnet.com