Jakarta - Helm buatan luar negeri atau helm impor dinilai masih memiliki ketahanan dan kenyamanan yang lebih bagus dibandingkan helm lokal sampai saat ini. Meski untuk mendapatkannya harus merogoh kocek lebih dalam dari helm lokal, namun teknologi yang diberikan terkesan setimpal.
Contohnya bobot helm impor yang ringan. Tak sedikit helm impor memiliki bobot yang tidak lebih dari 1,5 kg. Sebab bila helm memiliki bobot lebih dari itu, membuat leher menjadi lebih pegal dan mengurangi konsentrasi pengguna saat sedang berkendara jarak jauh.
Hal ini terkait pada keselamatan pengendara. Pun demikian dengan kenyamanan dan sistem keamanan helm yang teknologinya makin berkembang. Bahkan, tak sedikit helm impor yang didesain secara khusus dibuat secara handmade.
“Kami mengutamakan tangan manusia dalam mendesain dan memproduksi helm kami. Hal ini karena tangan manusia bisa merasakan tingkat ketebalan, kehalusan, dan lebih teliti untuk menciptakan helm yang bagus,” papar Luca Farina, Expert Manager Nolan Group Italia. Nah selain itu masih banyak fakta menarik dari helm impor. Berikut ulasannya. (DAB / Otomotifnet.com)
1. Motif Pembalap Paling Diminati
Fanatisme kepada pembalap MotoGP dan WSBK memang menjadi salah satu alasan memiliki helm impor. Misalnya mereka menggemari Valentino Rossi, maka akan mencari AGV. Sangat menyukai Marc Marquez, SHOEI tentu menjadi tujuan.
Bahkan motif pembalap yang sudah pensiun seperti Casey Stoner, Mick Doohan, dan Marco Melandri. “Meski sudah pensiun, helm Nolan dengan motifnya Stoner masih laku nih.
Masih yang paling laris juga,” ucap Avant Tjen, General Manager dari PT. Prakarsa Abadi Sentosa yang memegang helm merek Nolan di Indonesia.
2. Laris manis dalam setahun
Dengan banyaknya peminat, dalam setahun pun penjualan helm impor bisa mencapai 5.000-8.000 unit dalam setahun. Jumlah tersebut hanya dari pemegang merek yang ada di Indonesia, jika merek tersebut dijual di seluruh dunia, 5.000 unit helm bisa laris hanya dalam satu hari.
Untuk di Indonesia, helm impor pun bisa dibawa pulang dengan rata-rata harga Rp 1,5 juta hingga Rp 30 juta rupiah. Tergantung kebutuhan dan daya beli bikers tersebut.
3. Apa sih Keunggulan Kualitasnya?
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, helm-helm ini dibuat secara handmade. Selain itu, teknologi aerodinamika pun menjadi hal wajib yang diperhatikan. Sebab dengan sistem udara yang bagus, bisa memberikan kenyamanan pada pengguna, apalagi jika helm dengan tipe full face.
Teknologi karbon kevlar untuk batok helm. Material ini masih menjadi favorit dalam membuat helm, hal ini karena karbon kevlar memiliki bobot yang ringan, namun kuat dari benturan. Eits, tapi yang terbuat dari karbon kevlar biasanya lebih mahal loh, bro.
4. Banyak ditiru motifnya
Plagiarisme juga ada dalam industri helm. Hal yang paling gampang ditiru adalah motif helm, apalagi jika motif helm tersebut identik dengan seorang pembalap MotoGP. Tujuannya jelas, untuk menarik minat pembeli awam yang tertarik akan helm tersebut.
“Bahkan sekarang bukan cuma motifnya, sampai desain batok helmnya pun mirip. Tapi saya yakin orang Indonesia kini yakin kalau helm itu bukan motifnya, tapi sistem keamanannya yang harus diutamakan dan tahu harus beli helm seperti apa,” sahut Avant Tjen.
5. Spare Part Jadi Kebutuhan
Nah dengan harganya yang memang cukup mahal, pasti sangat disayangkan jika ada satu bagian dari helm yang rusak dan enggan mengganti helm baru. Maka membeli suku cadang atau spare part dari helm tersebut jadi pilihan.
Padding atau busa helm, side pod, rachet atau engsel helm, dan visor atau kaca helm menjadi kebutuhan. Apalagi visor yang kerap tergores dan mengganggu pandangan saat riding. Selain itu aksesoris helm seperti tear off, tear off post, hingga alat komunikasi nirkabel pun kerap diminati.