Lisbon - Di awal presentasi peresmiannya, Kia Motors Europe menekankan All New Kia Rio 1.0 T-GDI akan menjadi varian terlaku Rio anyar di Eropa.
Wajar saja, siapa yang tak mau keiritan ala mesin 1.000 cc dengan tenaga selayaknya mesin 1.400 cc? Paling tidak, begitu teori yang ditawarkan mesin 998 cc berteknologi turbocharger dan gasoline direct injection ini.
Otomotifnet pun mencobanya langsung dari Lisbon, Portugal, setelah mendapat undangan eksklusif dari PT Kia Motors Indonesia.
Dari dua versi All New Kia Rio 1.0 T-GDI, kami mencoba versi dengan tenaga yang lebih rendah, 99 dk dan torsi 172 Nm. Sedangkan yang lebih tinggi memiliki spesifikasi tenaga 119 dk dan angka torsi yang sama.
Jika pernah mencoba Kia Morning, karakter mesin di putaran bawahnya serupa, alias tak terlalu fun. Untungnya, pengembangan anyar pada mesin Kappa ini membuat getaran unbalanced cylinders saat idle dan di rpm rendah tak lagi terasa.
Oh, kecilnya kapasitas mesin yang hanya 998 cc juga memberi keuntungan. Karena pada mayoritas keadaan, putaran mesin menggantung cukup tinggi di atas 1.700-an rpm sehingga lebih sering beroperasi di keadaan turbo berputar.
Melewati 1.600 rpm, boost turbo masuk tanpa memberi hentakan, membuat tarikan hingga putaran 5.000 rpm terasa linear, menyenangkan dan bertenaga. Sayangnya, unit yang kami coba hanya dipasangkan ke transmisi manual 5-percepatan, dimana seorang perwakilan dari Kia Motors Europe mengatakan sedang mengembangkan transmisi DCT (Dual Clutch Transmission) 7-percepatan milik saudaranya untuk digunakan di mesin ini.
Meski karakternya tak senatural mesin MPI (Multi Point Injection) yang digunakan Rio 1.4 di Indonesia, kami cukup menyukai mesin 1.0 T-GDI ini.
Sayangnya, suara khas mesin 3-silinder di range turbo tersebut terasa kasar, mungkin juga karena kehadiran direct injection. Jika bukan karena suaranya, kami akan mengatakan penggunaan mesin ini cocok untuk dalam kota dan perjalanan jarak jauh.
Bila ada satu hal yang dilupakan pabrikan yang mulai membangun mobil di tahun 1974 ini pada Rio generasi ketiganya, caranya menikunglah yang sudah pasti. Memang, kehadiran Peter Schreyer di 2006 silam lebih fokus membangun identitas baru Kia dengan ‘Tiger Nose’, bukan seberapa dinamis mobil tersebut.