Ngopi Bareng Pembalap Alvin Bahar. Balap Adalah Pekerjaan

toncil - Sabtu, 4 Maret 2017 | 22:41 WIB

(toncil - )

Jakarta – Berawal melamar ‘pekerjaan’ bukan sebagai pembalap di tim Honda, namun ternyata justru tak pernah lepas dari bangku pembalap. Selama ikut balap di Sirkuit Sentul, Jabar, Alvin Bahar sangat jarang membawa anaknya untuk ikut menyaksikan. “Karena untuk gue, balap itu sebuah pekerjaan. Jadi memang tidak bawa anak. Seperti orang ngantor saja, kan jarang atau tidak pernah bawa anak,” sebutnya. Namun, sekarang, sang anak ikut terus ke sirkuit, karena juga akhirnya mengikuti jejak sang ayah menjadi pembalap. (Otomotifnet.com)

Biodata
Nama    : Teuku Alvin Bahar
Tempat, tanggal lahir    : Jakarta, 2 Oktober 1974
Balap    : Turing

Otonet    : Sejak kapan mulai balap?
Alvin    : Awalnya balap motor mini waktu masih kelas 1-4 SD, kira-kira 1981-1984. Pindah balap mobil 1991, pakai Honda Grand Civic. Setelah itu terus sampai sekarang.

Otonet    : Apa yang membuat terjun dan bisa bertahan di balap?
Alvin    : Terbentuk karena lingkungan. Orangtua pembalap juga, jadi pas mereka latihan ya pasti diajak ke sirkuit. Akhirnya lama-lama jadi merhatiin dan suka. Mau tidak mau karena lingkungan seperti itu, terbentuk untuk jadi pembalap.

Otonet    : Sampai saat ini sudah balap apa saja?
Alvin    : Ada beberapa. Pernah ikut sprint reli dua seri. Terus slalom juga dan Formula Asia (1994-1997). Waktu ikut Formula Asia, pertama gabung di tim Primajasa, terus pindah ke Humpuss. Tahun 1995 diajak gabung di tim Djarum, jadi pembalap ketiga. 

Alvin Bahar sempat ikut Formula Asia dan bergabung dengan tim Djarum

Otonet    : Saat ini sudah juara nasional sebanyak 7 kali, targetnya mau sampai berapa?
Alvin    : Selama di Honda Racing sudah 7 kali, dan terima kasih sekali atas dukungan Honda selama ini. Sekarang, inginnya juara nasional sih sampai 10 kali. Setelah itu terserah Honda, masih mau terus atau tidak. Sebenarnya jadi pembalap di Honda agak terjerumus. Karena awal ketemu Honda sebenarnya menawarkan konsep jadi manager, tapi akhirnya jadi pembalap.

Otonet    : Balap apa yang paling berkesan?
Alvin    : Bukan berkesan, tapi unik hasil lombanya. Waktu itu meraih juara nasional 2006. Sejak seri awal sampai seri 5 benar-benar tidak diperhitungkan dan memang tidak masuk hitungan juara nasional, karena jarang podium satu. Pas seri akhir, juga unik tuh. Dinyatakan jadi pembalap juara satu, tapi finishnya justru posisi 3. Ini karena balap sempat dihentikan dan penentuan waktu pakai sistem agregat. 

Otonet    : Avila (nama anak Alvin Bahar-red) sekarang sudah ikut balap, apakah memang diarahkan?
Alvin    : Gue sendiri tidak pernah mengarahkan anak untuk jadi pembalap. Kenapa begitu, karena gue ingin anak sendiri yang menentukan, bukan atas kemauan orangtua. Dulu pernah dia ikut gokart, tapi berhenti dan enggak pernah ngomong-ngomong itu lagi. Tapi pas balap mobil ini, beberapa kali tanya untuk latihan dan memang serius. Akhirnya beli mobil dan ikut balap.  Awal Avila balap, enggak pernah ada target. Tapi sekarang mulai ada target, karena dia juga sudah minta perfoma mobil ditingkatkan. 

Otonet    : Ada rencana balap di luar negeri?
Alvin    : Enggak ada. Karena gue pembalap profesional. Jadi antara pembalap dan sponsor harus bisa saling menguntungkan. Bukan hal itu saja, tapi juga memberi masukan kepada sponsor tentang banyak hal.

Otonet    : Punya pembalap idola?
Alvin    : Enggak ada. Lebih baik melihat banyak karakter pembalap yang ada. Ambil yang baik dan satukan dengan kemampuan diri sendiri. Hasilnya akan lebih baik untuk diri kita sendiri.