Jakarta- Dua pekan terakhir, begitu banyak kecelakaan yang melibatkan pengendara motor dan berujung kematian.
Sebuah Suzuki Hayabusha yang dikendarai oleh Peter H. Valintino (29) kehilangan kendali saat melintasi ruas jalan di bilangan Pondok Indah Jaksel (24/4).
Di hari yang sama, biker kawakan Bambang ‘Gondrong’ Supriyanto juga mengalami kecelakaan fatal di Kinabalu Malaysia saat touring.
Pada akhir pekan berikutnya (29/4), sebuah Honda CBR150R ‘adu kambing’ dengan angkot di kawasan Tigarakasa Tangerang Banten.
Sebagaimana diunggah oleh akun instagram Agoez_Bandz, sang biker juga menghembuskan nafas terakhir di lokasi.
Sehari kemudian (30/4), karena betot gas di area perumahan Pakuwon City Surabaya, satu unit Yamaha YZF-R25 dan All New Honda CBR250RR mengalami kecelakaan fatal juga.
Seperti diunggah dalam laman akun Facebook Honda CBR250RR Indonesia, kedua motor sempat adu cepat di jalanan yang lebar.
Kejadian-kejadian tadi seperti mengingatkan lagi bahwa kendaraan bermotor bisa bermanfaat sekaligus bisa mematikan.
Jusri Pulubuhu, pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) menyebutkan dua hal yang harus disadari oleh biker.
“Kecelakaan adalah domain-nya si biker, kematian domain-nya Sang Khalik, jadi dua hal ini harus disikapi dengan bijak,” sebutnya (26/4).
Nah, selain itu kegagalan antisipasi dari kondisi serta arus lalu lintas disebutkannya lagi sebagai hal tak kalah penting dari adanya kecelakaan di jalan raya.
Lebih lanjut Jusri mengingatkan, bahwa moge ataupun Harley-Davidson (dan juga motor berkekuatan besar lainnya) merupakan kendaraan yang memiliki karakter yang berbeda.
Jika dibandingkan motor yang performanya mesinnya lebih kecil.
“Tenaga yang responsif dan powerfull, bobot yang cenderung lebih berat,” menurut Jusri harus terus diingat oleh setiap biker.
Instruktur motor gede di jajaran Polda Metro Jaya, Kombes Pol. (Purn) Ipung Purnama punya pandangan senada.
Menurut mantan Kasatlantas Polres Jakbar itu bahkan menekankan bahwa pembesut motor berperforma beringas harus mematuhi soal safety riding lebih ketat.
Bahkan, jika perlu, ada ‘penjenjangan’ secara pribadi dengan mengendarai motor-motor berkapasitas mesin kecil sebelum naik kelas.
Kebutuhan mutlak atas kemammpuan teknis berkendara dan soft skill juga tak boleh diabaikan dalam setiap kali membesut motor bermesin gambot.
Untuk soal soft skill diuraikan lagi oleh Jusri ke arah faktor penguasaan mental dan perilaku safety (pereventif dan antisipatif) dimana keduanya menempatkan unsur safety sebagai prioritas di atas segalanya.
Jadi, selalu safety first ya Bro..