Jakarta - Diluncurkan dengan tampilan unik ala mini crossover, fitur sangat lengkap hingga harga terjangkau dari Rp 139,5 juta sampai Rp 169,5 juta saja, seakan Suzuki Ignis hadir tanpa kekurangan tanpa di Indonesia.
Benarkah? Tentunya, Otomotifnet tak sependapat ketika mengetahui jenis transmisi otomatis yang digunakan adalah AGS (Auto Gear Shift) atau juga dikenal dengan nama AMT (Automated Manual Transmission).
Tenang, kami akan lebih fokus untuk membahas impresi berkendara secara keseluruhan, karena sebelumnya perihal transmisi AGS saja sudah kami bahas di bawah ini.
(BACA JUGA: Ini Setiap Hal yang Perlu Diketahui Soal Transmisi AGS pada Suzuki Ignis)
Langsung saja, kami mencoba satu-satunya varian dengan transmisi tanpa kopling tersebut, yaitu Suzuki Ignis GX AGS yang memiliki banderol harga Rp 169,5 juta on the road Jabodetabek.
Mudah saja dikatakan, impresi awal kami sangat baik ketika ingin menaikinya.
Entah mana yang membuat kami lebih senang, menghampiri tampang ‘lucu’ berkonsep Urban SUV yang memiliki gril besar dan menyambungkan kedua lampu LED kotak dengan DRL berbentuk U-nya atau masuk ke dalam tanpa memegang remote karena sudah menggunakan sistem keyless entry.
Yup, cukup kantungi remote, dekati mobil kemudian tekan tombol hitam kecil di handel pintu untuk secara otomatis membuka pintunya. Hal yang sama, ketika ingin menyalakan mesin karena cukup menekan tombol Start/Stop Engine di sebelah kanan dasbor sambil menginjak rem.
Tentu, mungkin anda bertanggapan “Ah, Yaris gue dari dulu sudah punya fitur itu.” Benar memang, passive keyless entry bukan hal baru. Tapi bila ada di mobil seharga di bawah Rp 170 juta. Nah, itu jelas baru dan sangat dihargai.
Tidak berhenti di sana. Setelah menyalakan mobil, kami juga takjub dengan kehadiran pelipat spion elektrik yang bahkan absen di beberapa mobil mahal seperti Mercedes-Benz GLC 250 versi CKD. Memang tak setiap hari, pemiliki hatchback mungil dari Jepang bisa mengolok pengemudi SUV Jerman karena mobilnya punya fitur yang lebih lengkap.
Masuk ke dalam, jok berbahan fabric terasa sangat empuk mirip Celerio. Sayangnya bila meraba-raba bahannya, memang terasa cukup tipis dan memberi kesan murah. Untungnya, hal tersebut mudah kami lupakan karena kehadiran pengaturan ketinggian di jok hingga headrest adjustable.
Pada posisi terendah, posisi duduknya secara tak biasa terasa sangat rendah untuk sebuah Suzuki. Bandingkan dengan Karimun Wagon R, Celerio, Ertiga bahkan Ciaz, posisi di Ignis terasa jauh menyenangkan. Hanya jangan terlalu senang dulu, karena setir tidak bisa ditarik keluar (tanpa telescopic) dan lingkarnya tak berlapiskan kulit.
Masukkan gigi ke D dari N (Ya, tidak ada P), mobil langsung bergerak maju tanpa pedal gas diinjak, meski memang tidak seinstan transmisi torque converter yang benar-benar langsung gelinding cepat ketika dipindahkan ke D.
Hal yang sama juga berlaku ketika dipindahkan ke R. Sayangnya, kami tidak bisa mencoba bagaimana jadinya transmisi AGS ini di kondisi tanjakan karena keterbatasan trek pengujian.
Lanjut, pedal gas kami injak kira-kira setengah dan akselerasi dari mesin K12M berkapasitas 1.197 cc yang dulu dipakai Splash ternyata tidak mengecewakan.
(BACA JUGA: Ini Beda Mesin Suzuki Ignis dengan Splash)
Responsif di tarikan bawah, sama seperti manualnya, so far transmisi AGS 5-percepatan bertingkah sama seperti transmisi otomatis pada umumnya.
Dan tentunya, hal itu berhenti ketika transmisinya masuk ke gigi 2 secara otomatis.
Seperti Karimun Wagon R AGS, yang mengandalkan sebuah aktuator yang diatur dengan motor elektrik untuk memindahkan kopling pada konstruksi transmisi yang sama persis dengan transmisi manual, sangat terasa jeda ‘kosong’ ketika kopling elektrik tersebut sedang beraksi.
Karena pedal gas yang kami injak setengah tadi akselerasinya termasuk cukup baik, jeda ‘kosong’ yang terasa cukup besar dan membuat badan yang tadinya menempel ke jok, sekilas seperti condong ke depan. Untuk anda yang pernah merasakan perpindahan gigi pada transmisi AMT (Peugeoy 206, 2-7, Smart ForTwo, Fiat 500), maka rasa ini jelas tidak asing.
Padahal, feel ini diklaim sudah lebih baik karena AGS pada Ignis sudah menggunakan AMT generasi selanjutnya bila dibandingkan Karimun Wagon R.
Feeling jeda ini lebih terasa lagi ketika kami coba injak pedal gas penuh. Meski ketika kami coba berakselerasi dengan sangat gentle, jeda yang diberikan ternyata tidak terlalu terasa. Well, mungkin bila anda tidak berencana mengemudikan Ignis secara agresif, alias selalu dengan santai di kemacetan Jakarta, transmisi AGS akan cocok untuk anda.
Bagi pengelana perjalanan jauh dan ingin merasakan karakter mesin K12M bertenaga 82 dk dan torsi 113 Nm yang aslinya cenderung fun, pilih manual!
Di luar itu, bantingan Ignis terasa so-so saat melewati speed trap besar. Ketika diisi tiga penumpang, justru terasa pas alias tidak terlalu empuk dan tidak terlalu keras. Sedangkan ketika sendiri, akan cukup terasa bagian belakang dengan suspensi torsion beam-nya terpental saat melewati polisi tidur.
Meski tentu saja, keputusan untuk membuat suspensi agak keras bukan tanpa sia-sia karena ground clearance Ignis cukup tinggi di 180 mm. Dibandingkan LCGC dengan angka ground clearance serupa, bantingan Ignis jelas terasa lebih refined.
Namun yang kami suka, adalah jarak lantai yang rendah sehingga membuat centre of gravity pun cenderung lebih rendah. Tak salah, klaim platform HEARTECT yang bisa anda baca di bawah ini.
(BACA JUGA: Pakai Platform HEARTECT, Suzuki Ignis Lebih Ringan)
Sayangnya, cukup terasa getaran di kaki yang menempel dengan lantai depan ketika melewati jalan agak kasar, yang tak kami rasakan di kompetitor seperti Brio maupun Grand i10X. Namun jangan salah, peredaman dari karet yang mengisolasi Ignis dari suara luar ternyata cukup baik.
Untuk yang bertanya bagaimana handling-nya, sementara yang bisa kami katakan adalah putaran setir electronic power steering-nya terasa terlalu, terlalu ringan dan sangat hampa. Meski tentu angka radius putar sangat kecil di 4,7 meter sangat diapresiasi.
Soal konsumsi dan performa sesungguhnya, kami belum bisa menyimpulkan apa-apa karena pengujian first drive ini hanya dilakukan di trek yang sangat singkat dan terbatas.
Untuk lebih lengkapnya, tunggu sesi test drive nanti ya!