Alasannya, konsumen akan merasa keberatan dan pada akhirnya pesanan dari konsumen bisa berkurang.
"Permintaan yang tidak bertanggung jawab ini menyebabkan penurunan pendapatan."
"Kami tidak bisa memenuhi," tutur Ridzki Kramadibrata.
(BACA JUGA: Wuih... Chef Haryo Nyobain Harley, Kok Motornya Dibilang Kecil Sih?)
Dia pun menjelaskan, penyesuaian tarif sebenarnya sudah dilakukan oleh Grab dengan menggunakan teknologi.
Ridzki mencontohkan, pada jam-jam tertentu, misalnya, tarif akan cenderung tinggi.
DIa juga memberi contoh, dengan tarif Rp 2.000 per kilometer dengan 20 perjalanan tiap harinya dengan jarak 10 kilometer pada masing-masing perjalanan akan memberikan penghasilan Rp 400.000.
(BACA JUGA: Canggih... Motor Yamaha Bisa Kenalin Dan Nurut Sama Pemiliknya, Gak Kenal Ya Gak Cinta)
Namun, bila tarif dinaikkan menjadi Rp 4.000 per kilometer dan pemesanan berkurang menjadi 7 perjalan per hari dengan jarak tempuh sama, maka penghasilan turun menjadi Rp 280.000.
"Teknologi selalu kami pakai untuk mengoptimalkan pendapatan."
"Maka, disarankan kepada mitra pengemudi untuk mengikuti arahan Grab terkait bagaimana meningkatkan pendapatan," pungkas Ridzki Kramadibrata