Otomotifnet.com - Jika tertarik memboyong pelek bekas karena pertimbangan biaya, pemilik mobil perlu jitu ketika memilih.
Jangan mudah terpesona permukaan pelek yang mulus.
Karena tak jarang pelek seken sudah terpoles oleh cat ulang sehingga tampak mulus.
Padahal mungkin saja pelek itu sudah ada baret, tergerus, bahkan sampai pecah.
Punggawa Low's Garage, Yudhistira Satria, sudah biasa memoles tampilan pelek dan menjual beli pelek seken.
(Baca Juga : Bau Asap Menyengat, Segera Amankan Dokumen Pribadi Dari Mobil
Kalau sreg dengan modelnya, amati benar-benar kondisinya.
"Akan lebih sip kalau pelek itu masih asli cat pabrik. Karena biasanya lapisan catnya tipis dan garis-garis halus pada bagian dalam bodi pelek masih tampak. Ini karena proses pembuatan pelek dengan proses CNC," ungkapnya.
Menurut Yudhistira, amati pula bibir belakang pelek, kalau masih bagus biasanya lempeng.
(Baca Juga : Berkaca Dari Tsunami Banten, Mobil Bukan Tempat Aman Buat Berlindung)
Bila sudah direpair atau pecah tetap akan terlihat, karena garis-garis CNC tadi tertutup dempul.
"Saya amati yang rusak atau direpair, mayoritas pelek belakang"
"Analisanya karena beban belakang dan ubahan ekstrem sudut chamber," paparnya.
Katanya lagi, perlu pula mengamati lubang baut pelek.
Karena tak jarang lubang baut sudah berubah akibat modifikasi ubahan PCD.
"Kalau menurut saya, enggak masalah bila sudah diubah, asal jangan pakai proses cor. Berdasar pengalaman, proses cor itu panas. Efeknya permukaan pelek 'ngolet'," ucapnya.
(Baca Juga : Awas! Kelamaan Duduk Dalam Kendaraan, Pembekuan Darah Mengancam)
"Oh ya, hasil cor enggak menyatu dengan pelek. Ini karena kandungan bahan pelek yang berbeda," beber Yudhistira.
Sembari mengingatkan, bahwa buat pemula yang ingin gonta-ganti pelek lebih baik pilih bikinan Jepang, atau Eropa.
Contohnya seperti merk Volk Rays, Enkei, SSR, OZ dan lainnya.
Oh iya, perhatikan juga ukuran lingkar peleknya, bila penggunaannya untuk mobil harian ukuran yang disarankan naik 2 inci.
"Misal tadinya menggunakan ukuran standar lingkar 15 inci, paling naik jadi 17 inci," tutup pria yang sehari-hari nunggang H-D Sporster lansiran 1990-an.