Indonesia Dinilai Tangguh Hadapi Era Mobil Listrik, Cadangan Nikel Siap Jadi Bekal

Ignatius Ferdian - Minggu, 10 November 2019 | 20:45 WIB

Tesla Model 3, jadi salah satu mobil listrik di Indonesia (Ignatius Ferdian - )

Otomotifnet.com - Daya beli produk otomotif baik kendaraan maupun industri pendukungnya sempat redup di semester pertama tahun 2019, yang diketahui salah satunya akibat penyelenggaraan pesta demokrasi.

Oleh karena itu, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (Imatap) Kemenperin, Putu Juli Ardika berharap jelang akhir tahun pasar otomotif Indonesia naik kembali.

"Saat ini diharapkan daya beli masyarakat akan produk otomotif segera rebound, dan mungkin bulan depan produksi mandiri untuk kendaraan listrik harus semakin meningkatkan angka penjualan dan produksi," kata Putu, dalam acara SouthEast Asia Automotive Technology Summit (6/11).

Indonesia memang sedang mengalami masa transisi, dari kendaraan konvensional yang mengandalkan bahan bakar minyak (BBM) ke kendaraan listrik.

(Baca Juga: Mobil Listrik dan Konvensional Punya Empat Perbedaan Uji Tipe, Ini Detailnya)

Selain ramah lingkungan, menurut Putu elektrifikasi kendaraan akan sangat menguntungkan perekonomian Indonesia.

"Kendaraan listrik sangat bergantung dengan baterai, sementara nikel sebagai bahan baku baterai listrik di sini begitu melimpah, yaitu 40 persen nikel dunia ada di Indonesia," ujar Putu.

"Indonesia sangat percaya diri bisa jadi pemain utama dalam ekspor baterai kendaraan listrik nantinya," terang Putu.

Berdasarkan data US Geological Survey, cadangan nikel Indonesia mencapai 21 juta metrik ton, yang menjadikan Indonesia sebagai pemain utama nikel dunia, disusul oleh Australia dengan cadangan nikel yang mencapai 19 juta metrik ton.

(Baca Juga: Regulasi Mobil Listrik Sudah Sah! Ada Dua Dirilis Jokowi, Ini Detailnya)