"Pertama, untuk dua tahun ke depan kami stepnya lebih fokus ke RnD-nya, jadi akan trial, pilot project, dan lain sebagainya," ungkap Yoga saat ditemui di JCC, Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Yoga, hal itu salah satu langkah untuk mendapat racikan tepat sebelum benar-benar beralih ke pemakaian bus listrik.
"Itu untuk menemukan formula yang tepat, seperti berapa konsumsi energi per kilometer dan lain sebagainya," kata Yoga.
Ia pun mengatakan, pihaknya sangat terbuka jika ada manufaktur yang ingin bekerja sama melakukan riset and development (RnD) ini.
"Kami menyambut baik siapa pun manufaktur. Baik itu dari Eropa, Tiongkok, Jepang, Australia, untuk sama-sama kita membangun dan membuat suatu trial serta pilot project," sebutnya.
"Kami memang punya ambisi besar untuk armada listrik ini, tapi kami tidak mau gegabah. Misal semua dijadikan armada listrik, tapi ternyata ujung-ujungnya operationnya kurang pas, cost-nya segala macam harus kita perhitungkan," tutupnya.