McLaren Siapkan 'Senjata' Lawan Virus Corona, Bakal Desain Ventilator

Ignatius Ferdian,Ruditya Yogi Wardana - Rabu, 25 Maret 2020 | 21:15 WIB

McLaren Senna (Ignatius Ferdian,Ruditya Yogi Wardana - )

Otomotifnet.com - Banyak produen otomotif beralih memproduksi peralatan medis demi melawan penyebaran virus Corona.

Dikutip dari Drivetribe.com, produsen supercar asal Inggris, McLaren menjadi salah satu perusahaan yang ikut melawan penyebaran virus Corona.

McLaren dikabarkan akan mendesain ventilator baru untuk para pasien demi menanggulangi penyebaran virus Corona.

Pihak McLaren mengatakan sudah membentuk tim khusus yang akan menangani desain ventilator baru ini.

(Baca Juga: Astra International Sumbang Rp 65 Miliar, Ratusan Pikap Sampai Alat Uji Tes Disiapkan)

Walaupun begitu, McLaren dikabarkan tidak ikut andil dalam produksi ventilator baru ini.

Drivetribe.com melaporkan hal serupa juga dilakukan oleh Nissan yang bekerja sama dengan produsen pesawat luar angkasa, Meggitt untuk mendesain ventilator baru.

Selain itu, beberapa produsen mobil seperti Jaguar Land Rover, Ford, GM dan Tesla juga dikabarkan ikut memproduksi ventilator dalam rangka melawan virus Corona.

Aston Martin Tutup Pabriknya, Ikut Instruksi Pemerintah Cegah Virus Corona

Menyusul pabrikan lainnya, Aston Martin juga menutup sementara pabriknya di Inggris untuk cegah penyebaran virus Corona.

Langkah ini diambil menyusul instruksi dari pemerintah setempat terkait penyebaran virus tersebut.

"Saya berharap dan percaya negara kami dapat melawan virus ini dan secepatnya saat kami sudah siap, operasi akan kembali dilanjutkan," ujar CEO Aston Martin, Andy Palmer, dikutip dari autoevolution.com.

Andy juga berharap semua karyawan Aston Martin dalam keadaan sehat.

(Baca Juga: CEO Tesla Turun Tangan Lawan Corona, Donasikan Ratusan Ribu Alat Pelindung Diri)

Pihak Aston Martin berencana untuk menganalisis situasi ini agar dapat melanjutkan operasi secepatnya dengan alasan yang jelas.

Autoevolution.com juga melaporkan, kasus virus Corona sudah hampir mencapai angka 400.000 di 169 negara dan korban meninggal lebih dari 17.000 jiwa per 24 Maret 2020.

"Ini adalah tanggung jawab kami untuk melakukan segala yang kami bisa untuk mendukung pemerintah dalam mengurangi penyebaran COVID-19 selama beberapa minggu ke depan," kata Andy.