Sleeper Bus Sempat Dikritik, Pakar Safety: Jangan Dilarang, Lengkapi Kekurangannya

Ignatius Ferdian,Harun Rasyid - Selasa, 31 Maret 2020 | 08:00 WIB

Bus Po Siliwangi Antar Nusa memakai sasis Scania garapan bodi karoseri Adiputro (Ignatius Ferdian,Harun Rasyid - )

Untuk mengurangi risiko kecelakaan, ia menyebut, banyak tindakan yang dapat dilakukan pihak pengelola bus.

"Keamanan itu pertama lebih kepada, siapa pengemudinya, tingkat keterampilan atau jumlah jam terbangnya. Lalu adanya induction/safety briefing sebelum bus berjalan, termasuk evakuasi atau seperti saat naik pesawat," tutur Sony Susmana.

"Langkah lainnya yaitu route atau jalur perjalanan tertentu dan khusus yang lebih aman, sehingga potensinya kecelakaan kecil," tambahnya lagi.

Mengenai faktor kecelakaan yang terjadi pada penumpang sleeper bus, sebenarnya sama dengan bus pada umumnya.

(Baca Juga: Bus Antar Kota Antar Provinsi di Lampung Lemes, Imbas Corona, Sopir Nombok)

"Pertama itu karena penumpang tidur, sehingga tidak siap jika ada kecelakaan," jelasnya.

"Kesalahan lainnya, penumpang membiarkan pengemudi agressive dalam berkendara, bus tidak layak jalan. Bisa juga karena sopir kelelahan karena durasi driving yang panjang, dan faktor terakhir karena alam atau cuaca buruk," tutur Sony.

Berdasarkan pengalamannya, sleeper bus banyak dipilih karena konsumen ingin istirahat dengan nyaman, karena itu sopirnya berkendara dengan aman atau tidak agresif.