"Pola jalannya diharapkan konvoi berbondong-bondong, dan jika perlu untuk muatan barang tertentu minta pengawalan khusus, tentunya hasil kesepakatan tanggung biaya bersama dengan pemilik barang," ucapnya.
Selama pandemi ini, Bambang menambahkan bahwa besarnya keuntungan yang diperoleh dengan kerugian yang harus ditanggung terpaut terlalu jauh.
Oleh karena itu, jika pemerintah dan pihak keamanan tidak bisa menjamin keamanan di jalan raya, menurut dia, bukan tidak mungkin akan banyak pengusaha truk memilih untuk berhenti beroperasi.
"Kami tidak bisa menuntut macam-macam dari pemerintah saat ini, karena tidak satu negara pun yang siap menghadapi pandemi ini," katanya.
Baca Juga: Daihatsu Gran Max Pikap Terbelah, Atap Terkelupas, Terjang Bak Truk Gandeng
"Ya, terpaksa kita semua harus bertahan dengan cara sendiri-sendiri, namun yang luar biasanya adalah semakin terlihatnya kebersamaan antar sesama di masa sulit ini," sambungnya.
Namun yang menjadi kekhawatiran para pengusaha truk anggota Aptrindo ini adalah, bagaimana nasib para sopir dan kernet, jika keadaan berlarut-larut sampai waktu yang lama.
"Kami sulit sekali jika sampai harus mendengar ada sopir dan kernet yang sampai gak bisa makan," tuturnya.
"Hal inilah yang menjadi titik berat usaha kami untuk memastikan tidak ada sopir dan kernet yang kelaparan, sekarang utilisasi tinggal 40 persenan, jangan sampai jadi 10 persen," tutupnya.