Otomotifnet.com - Sebelum masuk di World Superbike, Scott Redding berkompetisi 11 tahun di Grand Prix dan 5 musim di kelas premier dari 2014 sampai 2018.
Sayang sekali, dalam periode itu Scott Redding mengakhiri karier di MotoGP tanpa meninggalkan kesan bagus bersama Aprilia.
Padahal Redding termasuk pembalap berbakat yang juga diakui banyak pihak.
Nyatanya, Redding langsung jadi juara British Superbike (BSB) 2019 usai keluar dari MotoGP.
Francesco Guidotti yang menjadi bos Redding di tim Pramac, ternyata tahu kenapa Redding tidak cukup sukses di MotoGP.
MotoGP punya standar tinggi, Redding tak cukup bisa mengikuti.
"Dia sungguh berbakat. Tapi MotoGP terlalu kaku baginya karena butuh dedikasi dan konsentrasi," ungkap Guidotti dilansir GridOto.com dari Paddock-GP.com.
"Banyak kerja mental dan kami harus menerina semua proses dibanding balap motor di era '80 atau '90-an," jelasnya.
Baca Juga: Valentino Rossi Effect, Fabio Quartararo Banjir Hujatan dan Nyinyiran
Orang-orang di MotoGP sangat profesional dan melakukan semua dengan dedikasi tinggi.
Redding bukan orang yang seserius itu dan lebih suka bebas.
"Scott jiwanya sangat murni, dia kesulitan menerima semua larangan profesional," ungkap sang bos.
"Dan sayangnya, jika kau ingin ke puncak balap motor, dengan teknologi dan investasinya, kau harus ikut dalam aturan yang berlaku," tegasnya.
Baca Juga: Johann Zarco Disebut Loncat ke Pramac Ducati, Tim Avintia Bantah Keras
"Dia punya jiwa yang ingin sangat bebas dan dia menderita dalam menerima aturan profesionalisme di MotoGP yang sangat tinggi," jelasnya.
Guidotti ikut senang Redding bisa menemukan kebahagiaannya lagi di Superbike.
"Kupikir dia bisa tampil bebas dan bagus di BSB, di mana dia mennag, dia sebenarnya bisa bagus di semua kejuaraan. World Superbike mungkin lingkungan bagus untuknya, di mana dia bisa bebas mengekspresikan dirinya," tuntas Guidotti.